Jakarta, CNN Indonesia --
"Indonesia adalah negara kepulauan yang memiliki penduduk berjumlah sekitar 220 juta jiwa. Pesawat merupakan moda transportasi penting di negara ini."Emirsyah Satar menuturkan hal tersebut, kurang dari dua tahun setelah menjabat Direktur Utama PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. Pernyataan itu tertuang pada buku berjudul
The Report: Emerging Indonesia 2007, yang disusun Oxford Business Group.
Emir menuturkan, operator penerbangan harus mengambil keuntungan dari masifnya jumlah warga Indonesia yang mengalami promosi kelas ekonomi. Namun ia khawatir persaingan tarif menyusul munculnya sejumlah maskapai baru akan membuat industri penerbangan ambruk.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Emir membuat Garuda Indonesia sebagai maskapai premium. Tarif yang dipatok perusahaan pelat merah itu lebih tinggi dibandingkan harga yang ditarik maskapai dalam negeri lain.
Tahun 2005, Emir menggantikan Iwan Setiawan sebagai orang nomor satu di Garuda Indonesia. Setahun sebelum ia mengambil estafet kepemimpinan, maskapai itu merugi sekitar Rp811 miliar.
Utang tersebut adalah sisa-sisa kerugian yang masih harus ditanggung Garuda Indonesia sejak dekade 1990-an.
Di era Emir, Garuda mengambil sejumlah risiko dan perjudian untuk menyehatkan perusahaan. Maskapai itu menjual gedung mereka di Medan Merdeka, Jakarta dan membangun markas baru di kawasan Bandara Soekarno-Hatta, Banten.
Pembangunan gedung baru Garuda itu menghabiskan ongkos sekitar Rp112 miliar atau seperempat dari penjualan gedung lama mereka. Ketika meresmikan kantor baru Garuda, Susilo Bambang Yudhoyono yang saat itu berstatus presiden Indonesia menyindir maskapai tersebut.
"Garuda jangan menjadi PT Sukar Maju atau PT Rugi Abadi," tuturnya.
Pada masa Emir pula, Garuda menjalankan restrukturisasi besar. Pemerintah sebagai pemegang saham juga menyuntikkan modal baru kepada maskapai tersebut.
Dari sekian kebijakan Emir di Garuda, kerja sama dengan klub sepakbola Inggris Liverpool pada 2014 merupakan momen yang paling ramai dibicarakan.
Garuda membayar biaya
sponsorship senilai kurang lebih US$18 juta durasi kerja sama dua tahun. Imbalannya, logo maskapai itu akan bercokol di seragam latihan punggawa Liverpool serta muncul di layar LED kandang Liverpool, Anfield.
Namun, sejumlah pihak menyebut keputusan Emir itu justru berdampak buruk bagi keuangan Garuda. Kerja sama itu berhenti pertengahan 2016 lalu.
Arif Wibowo, Dirut Garuda yang menggantikan Emir tahun 2014, menyebut kinerja keuangan yang berkelanjutan dan menguntungan merupakan alasan di balik tidak berlanjutnya kerja sama dengan Liverpool.
"Berlawanan dengan Emirates yang berbasis di Dubai, Garuda Indonesia tidak memiliki ratusan juta dolar untuk kesepakatan
sponsorship," demikian pernyataan resmi maskapai.
Emirates tercatat lebih dulu terjun ke sepak bola dibandingkan Garuda. Mereka pernah menjadi sponsor untuk kostum utama Arsenal dan Real Madrid.
 Lambang Garuda Indonesia bercokol di kostum latihan Liverpool pada musim 2014-2015 dan 2015-2016 (REUTERS/Athit Perawongmetha) |
Saat mundur dari Garuda, isu miring soal Emir muncul silih berganti, satu di antaranya salah kelola sehingga keuangan Garuda kembali terpuruk. Ia juga masuk daftar periksa Komisi Pemberantasan Korupsi.
Kamis (19/1), Ketua KPK Agus Rahardjo menyebut penyidiknya telah menetapkan Emir menjadi tersangka kasus dugaan suap. "Benar (terkait kasus Rolls-Royce)," kata Agus.
Dugaan suap itu menodai rekam jejak Emir yang selama ini kerap menjadi pembicara kunci pada sejumlah seminar terkait keberhasilannya memimpin Garuda.
Buku yang ditulis Emir dan ekonom Renald Khasali,
From One Dollar to Billion Dollars Company: Kisah Transformasi di Garuda Indonesia kini dalam ujian. Begitu juga dengan target Emir sebagai
chairman PT Solusi Ecommerce Global, menjadikan
mataharimall.com sebagai Alibaba versi Indonesia.