Jawara 'Maen Pukulan' Betawi Ikut Kawal Rizieq Bersama FPI

Elis Dwi Ratnasari | CNN Indonesia
Senin, 23 Jan 2017 14:43 WIB
Para jawara yang ahli bermain silat Betawi turut bergabung dengan massa FPI berdemo di markas Polda Metro Jaya mengawal pemeriksaan Rizieq Shihab.
Para jawara yang ahli bermain silat Betawi turut bergabung dengan massa FPI berdemo di markas Polda Metro Jaya mengawal pemeriksaan Rizieq Shihab. (CNN Indonesia/Elis Dwi Ratnasari)
Jakarta, CNN Indonesia -- Barisan massa pendukung pimpinan Front Pembela Islam (FPI) Rizieq Shihab berdemo di depan gedung Polda Metro Jaya. Sebagian besar dari mereka berpakaian serba putih, membawa panji kelompok atau bendera merah putih.

Di antara massa yang serba putih, tampak beberapa orang mengenakan pakaian dengan warna mencolok seperti merah, hijau dan biru muda. Mereka pun mengenakan sabuk di pinggang dengan ukuran lebar.

Mereka adalah kelompok jawara yang menjadi 'pasukan' terdepan saat long march dari Masjid Al Azhar Kebayoran Baru menuju Polda Metro Jaya.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

“Para jawara sudah berkumpul di masjid Al Azhar dari subuh hari ini, bahkan ada yang sejak malam,” kata Syarifuddin atau akrab disapa Jampang, Senin (23/1).

Menurut Jampang, saat ini ada ratusan jawara yang terjun mengiring demo mengawal Rizieq. Mereka pun turut bergabung saat demo 4 November dan 2 Desember lalu, menuntut penanganan hukum kasus dugaan penistaan agama yang menimpa Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok.

“Para murid silat tuh belajar mengaji dengan ustaz atau ulama, makanya mereka mau aksi karena berhubungan,” kata Jampang.
Jampang menjelaskan bahwa orang Betawi memiliki keterkaitan antara mengaji dan silat atau maen pukulan.

"Sebelum latihan, mengaji dulu. Itu untuk menjaga ketidaksempurnaan di hatinya," jelasnya.

Jampang menyatakan dia mendirikan silat aliran Jampang Muda yang didirikan pada 2007. Aliran ini merupakan kombinasi dari bebagai aliran silat atau maen pukulan Betawi.

"Kalau semua ada 315 aliran main pukul silat Betawi," kata Jampang.

Saat ini, kata Jampang, dia mendirikan empat padepokan silat di Rawa Buaya, Tangerang dan dua padepokan di Bojong, kampung halamannya. Kini empat padepokan tersebut memiliki 250 murid dari berbagai kalangan, mulai dari pelajar sampai para pekerja.

“Sepuluh guru mengajar di empat padepokan secara bergiliran,” kata dia.

Jawara atau jago Betawi sangat erat terkait dengan organisasi masyarakat yang dibentuk pasca kemerdekaan. Setelah merdeka hingga sekarang, beberapa ormas Betawi terbentuk dengan beranggotakan para jawara.

Jawara 'Maen Pukul' Betawi Ikut Kawal Rizieq Bersama FPIMassa FPI yang berdemo di depan markas Polda Metro Jaya. (CNNIndonesia/Safir Makki)
Dalam perjalanan sejarah, ormas yang beranggotakan para jawara kerap dimanfaatkan sebagai alat pemukul bagi kepentingan politik. Ormas dipergunakan sebagai alat tekan politik, di antaranya Pemuda Pancasila dan Pemuda Panca Marga.

Setelah reformasi bermunculan kelompok organisasi masyarakat yang menghimpun para jawara Betawi. Akar kemunculannya dibentuk para elite nasional yang membutuhkan dukungan di tingkat bawah.

“Pertarungan elite di atas diterjemahkan di tingkat bawah dengan posko-posko atau barisan-barisan pendukung fanatik siap tempur fisik ketimbang pemikiran," kata sejarawan JJ Rizal dalam artikel Jago dan Jagoan Betawi.
Menurut Rizal, organisasi paramiliter yang terbentuk ini mengubah konsep jago. Jago di masyarakat Betawi adalah sosok yang ahli silat atau maen pukulan namun tetap memegang nilai kebaikan. (yul)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER