Loyalitas Muslim Pendukung dan Mualaf Penolak di Sidang Ahok

Filani Olyvia | CNN Indonesia
Rabu, 01 Mar 2017 09:00 WIB
Sidang Ahok selalu diwarnai aksi dua kubu berbeda: pendukung dan penolak Ahok. Massa dua kubu sama-sama loyal dan bertekad akan terus "berjuang" hingga akhir.
Maulana Malik, salah seorang warga yang ingin Ahok dihukum atas kasus penodaan agama. (CNN Indonesia/Filani Olyvia)
Jakarta, CNN Indonesia -- Sejak awal sidang penodaan agama dengan terdakwa Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok, sejumlah massa pro dan kontra selalu mengawal. Polisi sampai harus menutup Jalan RM Harsono, Ragunan, tempat sidang digelar di Auditorium Kementerian Pertanian.

Keramaian masih tampak hingga sedang ke-12 kemarin. Seperti sidang sebelumnya, polisi membuat garis pemisah antara dua kubu: pendukung dan penolak Ahok.

Kubu pendukung berharap Ahok dinyatakan tidak bersalah dalam kasus penodaan agama, sementara kubu penentang berharap sebaliknya, meminta Ahok dihukum atas ucapannya soal surat Al-Maidah.
Salah satu pendukung yang hadir kemarin adalah Syaiful Amri. Pria 33 tahun ini mengaku rutin hadir di kawasan Ragunan itu sejak sidang ketiga pada 27 Desember 2016.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Syaiful menilai kasus Ahok bukan sebuah penghinaan pada agama Islam. Meski seorang Muslim, Syaiful tetap mendukung Ahok.
Loyalitas Muslim Pendukung dan Mualaf Penolak di Sidang AhokMassa pendukung Ahok dalam sidang ke-12 kasus penodaan agama di Kementerian Pertanian Jakarta Selatan. (CNN Indonesia/Filani Olyvia)
Ia selalu antusias untuk ikut aksi mendukung Ahok. "Dari pagi jam 07.00 WIB sudah di sini," kata Syaiful. Padahal sidang baru dimulai pukul 09.00 WIB.

Agar tidak ketinggalan karena terjebak macet, Syaiful rela menyewa sebuah penginapan tak jauh dari lokasi sidang. Ia cukup berjalan kaki ke lokasi sidang.
Syaiful bisa dibilang merupakan pendukung setia Ahok. Pedagang kelontong di Pasar Cipinang itu rela meninggalkan tokonya setiap hari Selasa demi mendukung Ahok.

Dia menganggap sosok mantan Bupati Belitung Timur itu contoh kepala daerah ideal. Meski nonmuslim, kata Syaiful, Ahok banyak memberangkatkan orang untuk umrah.

"Padahal dia (Ahok) orang kristen. Dia adalah contoh pemimpin yang benar," kata Syaiful.

Loyalitas Muslim Pendukung dan Mualaf Penolak di Sidang AhokMassa kontra Ahok menggelar aksi di depan gedung Kementerian Pertanian, Ragunan, Jakarta Selatan dalam sidang ke-12 kasus penodaan agama. (CNN Indonesia/Filani Olyvia)
Syaiful bertekad akan terus datang dalam sidang Ahok. Meski sang gubernur tidak mengenalnya, ia berharap keberadaanya jadi doroangan moral tersendiri bagi Ahok untuk menghadapi kasusnya sampai selesai.

Di lokasi yang sama dengan tujuan berbeda, ada Maulana Malik. Jika Syaiful seorang Ahoker -julukan pendukung Ahok- sejati, maka Maulana adalah orang yang berharap terdakwa itu dihukum.

Pria 36 tahun itu ingin Ahok dihukum atas perbuatan penodaan agama yang dilakukannya. Maulana menegaskan, ia bukan membenci golongan, suku, atau agama tertentu.

"Bukan karena membenci rasnya, sukunya, maupun agamanya. Kami datang kesini murni untuk meminta si penista agama untuk segera dihukum," ujar Maulana kepada CNNIndonesia.com.

Maulana menilai hukuman untuk Ahok adalah bentuk keadilan bagi umat Muslim yang telah dilecehkan dengan kata-kata Ahok.

Mau sidangnya sampai satu tahun juga, kami akan terus hadirMaulana Malik 
Sama seperti Syaiful, Maulana juga seorang pedagang. Sehari-hari, ia berjualan obat herbal di Pasar Rebo. Pria asal Kupang, Nusa Tenggara Timur, mengaku seorang mualaf.

Demi mengawal sidang Ahok, ia juga rela menutup tokonya. "Saya sudah komitmen, apapun yang terjadi setiap Selasa, saya akan luangkan waktu. Walaupun cuma setengah hari, saya usahakan datang," katanya pada CNNIndonesia.com.

Maulana selalu datang sejak sidang pertama. Ayah lima anak ini merasa perlu untuk mengawal sidang Ahok hingga selesai.
"Mau sidangnya sampai satu tahun juga, kami akan terus hadir," kata Maulana.

Ahok di mata Maulana juga tak pantas memimpin ibu kota karena agama yang dianutnya. Pasalnya DKI Jakarta mayoritas penduduknya beragama Islam. Berbeda cerita jika Ahok memimpin daerah lain yang kebanyakan penduduknya nonmuslim.

"Contoh kayak di Papua, atau Manado, gubernurnya orang Kristen. Tidak jadi masalah karena di sana mayoritas warganya memang beragama Kristen. Kalau pemimpin Islam justru takut berbenturan. Jadi wajar dong, kalau kami sebagai umat Islam, meminta supaya di Jakarta yang mayoritas penduduknya Islam ini, gubernurnya juga Islam," kata Maulana. (sur/gil)
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER