Wiranto: Densus Tembak Terduga Teroris untuk Selamatkan Diri

CNN Indonesia
Senin, 10 Apr 2017 19:25 WIB
Menko Polhukam Wiranto menyebut penggunaan kekerasan terhadap terduga teroris bertujuan untuk mencegah munculnya korban jiwa, baik dari sipil maupun kepolisian.
Menko Polhukam Wiranto menyebut penggunaan kekerasan terhadap terduga teroris bertujuan untuk mencegah munculnya korban jiwa, baik dari sipil maupun kepolisian. (CNN Indonesia/Christie Stefanie)
Jakarta, CNN Indonesia -- Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Wiranto menyebut keputusan kepolisian menembak terduga teroris di Tuban, Jawa Timur, merupakan bentuk perlindungan terhadap diri sendiri. Menurutnya, penggunaan senjata melekat dengan penegak hukum, terutama anggota Densus 88 Antiteror.

"Kan mereka tidak sembarangan menembak karena pengamanan oknum yang membawa senjata. Ya memang harus dengan senjata, kan enggak mungkin pakai ketapel," ujar Wiranto di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Senin (10/4).

Wiranto mengatakan, tembakan terhadap terduga teroris bertujuan mencegah korban jiwa. "Kalau mereka sudah menembak polisi, apakah kamu tidak menembak mereka," ucapnya.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pernyataan Wiranto itu merupakan tanggapannya atas baku tembak anggota Densus 88 dengan tujuh terduga teroris di Tuban. Enam terduga teroris tewas pada kejadian itu.

Satu terduga teroris lainnya ditangkap kepolisian. Ia dituduh sebagai bagian dari jaringan Jamaah Ansaru Daulah (JAD).
Sebelum insiden di Tuban, Densus 88 juga menembak mati seorang terduga teroris di Banten. Kepolisian beralasan, peluru dilepaskan karena terduga teroris itu berusaha melarikan diri saat penindakan dan hendak menabrak anggota Densus 88 dengan mobil.

Wiranto menuturkan, penanganan terorisme di Indonesia selama ini selalu mendapat sorotan dari negara lain. Menurutnya, Indonesia dikenal karena menerapkan pendekatan yang lunak kepada terduga teroris.

"Kita, menurut negara-negara lain, dianggap sebagai negara yang berhasil melakukan perlawanan terhadap teroris. Tidak hanya hard, tapi juga soft approach. Itu akan ditiru negara lain," tuturnya.
Pada kesempatan berbeda, Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme Komisaris Jenderal Suhardi Alius menyebut pemerintah mampu mendeteksi dan mencegah aksi teror besar.

Suhardi membandingkan Indonesia dengan beberapa negara lain yang menjadi lokasi teror lintas negara, seperti Mesir dan Swedia.

"Indonesia mempunyai kelebihan. Walaupun rentang geografis luar biasa, pemerintah mampu mengendalikan dan mendeteksi," kata Suhardi.


LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER