Jakarta, CNN Indonesia -- Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo menolak menanggapi artikel wartawan investigatif asal Amerika Serikat Allan Nairn terkait keterlibatannya dalam upaya makar. Ia menyatakan, artikel Nairn sebagai
hoax atau berita bohong.
"Saya tidak akan menanggapi. Karena terlalu kecil untuk saya tanggapi. Kalau
hoax ngapain harus tanggapi itu?" kata Gatot usai menghadiri acara Dharmasanti Nasional Perayaan Hari Raya Nyepi Tahun Baru Saka 1939 di Markas Besar TNI, Cilangkap, Jakarta Timur, Sabtu (22/4).
Rabu lalu, tulisan Nairn menyebut bahwa rencana makar di Indonesia juga diduga melibatkan petinggi militer. Artikel berjudul
Trump's Indonesian Allies in Bed with ISIS-Backed Militia Seeking to Oust Elected President pertama kali diterbitkan lewat situs
The Intercept.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kemudian, artikel itu diterjemahkan ke bahasa Indonesia dan diterbitkan dalam situs
Tirto.id, atas seizin Nairn.
Nairn menulis bahwa
salah satu faktor terkait upaya makar itu adalah karena pemerintahan Jokowi yang memberikan ruang kepada korban Tragedi 1965 dengan digelarnya simposium pada April lalu.
Simposium itu menghadirkan para keluarga korban Tragedi 1965.Gatot pun menyatakan tidak akan menggugat Tirto yang telah memuat artikel Nairn tersebut. Menurutnya, menanggapi artikel tersebut sama seperti orang yang tidak waras.
"Media saja cari informasi itu benar atau tidak. Kalau saya
ngapain harus melawan hukum dengan hal kecil-kecil? Sekarang begini saja, kamu mau berkelahi sama orang gila, mau menang juga kamu dibilang gila, mau kalah juga dibilang gila" ucapnya.
Dalam artikel Nairn, Gatot disebut sebagai salah satu pihak yang mendukung rencana makar.
Keraguan terhadap SumberSebelumnya, Kepala Pusat Penerangan TNI Mayor Jenderal Wuryanto mengatakan pihaknya akan mengambil jalur hukum terhadap media yang menyadur tulisan tersebut.
Ia pun menyatakan keraguannya terkait kebenaran kutipan narasumber yang menuding Panglima TNI itu.
"Kalau dikatakan bahwa Pak Kivlan Zein menyatakan soal Panglima, siapa yang menjamin bahwa Pak Kivlan menyampaikan hal itu," kata Wuryanto dalam keterangan tertulisnya, Jumat (21/4).