Jakarta, CNN Indonesia -- Presiden Joko Widodo menyatakan, perubahan di Indonesia kini hanya dihalangi niat dan kemauan dari pemerintah dan masyarakat. Jokowi menegaskan, perubahan ke arah yang lebih baik harus segera terjadi di Indonesia apabila tak mau ditinggal akibat globalisasi dan perkembangan teknologi.
Ia mencontohkan pengurangan masa petikemas (
dwelling time) di sejumlah pelabuhan Indonesia. Sedari dulu,
dwelling time bisa mencapai tujuh hari. Namun, masa itu berubah menjadi tiga hari setelah mendengar instruksi Jokowi.
Setelah berubah, Jokowi kembali meminta kepada Menteri Koordinator bidang Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan agar masa itu menjadi dua hari. Sebab di negara maju,
dwelling time cukup singkat.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kita kalau enggak
dikerasin, sulit diubah. Padahal kita sebenarnya bisa, hanya masalah niat mau atau tidak mau," ujar Jokowi di TMII, Kamis (4/5).
Indonesia, menurut Jokowi, sebenarnya dapat cepat berkembang sebab kaya dengan sumber daya alam dan sumber daya manusia yang baik. Namun, perubahan terkendala sistem kerja yang monoton, linear, dan bersifat rutinitas.
Tak hanya dwelling time, Jokowi juga menyoroti permasalahan cantrang yang tak kunjung selesai hingga kini. Menurutnya, permasalahan ini selesai apabila semua pihak termasuk pemerintah bergerak mengedukasi nelayan tentang hal lebih besar seperti
offshore dan
aquaculture.
"Ajari nelayan untuk mengetahui barang apa ini. Nilai tambahnya bisa puluhan kali dari apa yang kita lakukan sekarang. Sudah berpuluh-puluh tahun tak berani melompat. Ini bukan barang mahal," tutur mantan Wali Kota Solo ini.
Di sektor maritim, Indonesia sesungguhnya memiliki potensi kekayaan ekonomi hingga US$1,33 triliun atau lebih dari Rp19 ribu triliun. Menurutnya, memaksimalkan potensi itu belum terjadi karena perhatian pemerintah dan masyarakat belum sampai sana.
"Ini bukan masalah kepintaran. Sekali lagi, kita dalam persaingan global berat. Yang cepat kalahkan lamban. Silakan kita mau yang cepat atau lamban?" ucap Jokowi.