Jakarta, CNN Indonesia -- Syawaludin Pakpahan alias SP (43), satu dari tiga tersangka penyerangan pos jaga Markas Polda Sumatera Utara (Mapolda Sumut) diketahui pernah pergi ke Suriah pada 2013. Syawaludin berada di Suriah selama enam bulan.
"Salah satu tersangka yang masih hidup (SP) pernah ke Suriah. Jadi pernah ke Suriah enam bulan di sana, lalu kembali ke Indonesia," kata Kabid Humas Polda Sumut Kombes Pol Rina Sari Ginting kepada
CNNIndonesia.com, Senin (26/6).
Selain SP, polisi telah menetapkan dua tersangka lainnya yakni Ardial Ramadhana alias AR (34) dan Boboy (17). Ardial tewas di lokasi penyerangan, Minggu (26/6) setelah terkena tembakan anggota Brimob di bagian dada.
Rina mengaku belum mengetahui aktivitas yang dilakukan Syawaludin selama enam bulan di Suriah.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Berdasarkan penggeledahan polisi di rumah Syawaludin, ditemukan dokumen berkaitan dengan Jamaah Ansharut Daulah (JAD), dan buku bersampul ISIS.
"Dari dokumen yang ditemukan di kediamannya diduga dia tergabung dalam JAD yang afiliasinya ke ISIS," ujar Rina.
Tak Bertugas SendirianPolda Sumut meningkatkan pengamanan internal pasca penyerangan di Pos Jaga Mapolda Sumut yang itu menewaskan satu orang anggota yang tengah berjaga. Polda Sumut melarang anggota untuk bertugas sendirian.
Menurut Rina, peningkatan pengamanan dilakukan di markas-markas kesatuan, asrama-asrama polisi, dan para anggota yang bertugas di lapangan.
"Termasuk anggota yang melakukan pengamanan di tengah masyarakat, di jalan raya, pelayanan publik, itu juga dilakukan peningkatan pengamanan. Mereka tidak boleh bertugas sendiri-sendiri, minimal dua orang," kata Rina.
Rina mengatakan anggota yang bertugas harus melengkapi diri dengan
body system atau perlengkapan dan peralatan seperti senjata api dan rompi anti-peluru.
Selain itu, anggota yang bertugas di lapangan dengan pakaian dinas seperti satuan Sabhara dan lalu lintas, disebutnya juga akan diawasi anggota lain.
"Dan setiap anggota yang bertugas pakaian dinas dia akan diawasi oleh anggota yang berpakaian preman yang berjaga di sekitar lokasi mereka betugas," ujarnya.
Rina menambahkan, upaya pencegahan terhadap potensi serangan teror juga memerlukan peran serta masyarakat. Dia berharap agar masyarakat peka terhadap lingkungan masing-masing.
"Kami berharap peran serta seluruh masyarakat agar peka terhadap kondisi lingkungan," katanya.
Penyerangan terhadap pos jaga Polda Sumut terjadi Minggu (26/6) sekitar pukul 03.00 WIB. Tersangka AR dan SP menerobos masuk pos jaga dan menikam personel Polda Sumut Ajun Inspektur Satu Martua Sigalingging.
Akibat penyerangan tersebut, Martua meninggal dunia karena mengalami luka yang cukup parah di dada, tangan, dan leher.