Jakarta, CNN Indonesia -- Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Enny Sri Hartati mengatakan, tak ada beras murni yang dijual di pasar. PT Indo Beras Unggul (IBU) yang diduga telah mengoplos beras, menurut Enny, bukan fenemona asing.
"Memang ada beras yang tidak dioplos? Pandan Wangi saja tidak 100 persen beras wangi, kan tidak enak kalau yang dijual itu murni," katanya di kawasan Senayan, Jakarta, Minggu (23/7).
Enny menambahkan, harga beras yang dijual PT IBU dianggap tidak terlalu mengatrol harga beras di pasaran. Dia justru mempertanyakan sikap pemerintah yang terkesan terburu-buru menyimpulkan PT IBU bersalah dengan dugaan mengoplos beras subsidi dengan beras premium.
"Pertanyaanya sekarang memang ada beras subsidi? Setahu saya subsidi itu sudah enggak ada sejak tahun 2000-an. Kalau perusahaan ini memonopoli pasar, oke dia salah, tapi kan dia juga tidak memonopoli pasar, yang jual beras bukan hanya dia," kata Enny.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Enny berpendapat, jika PT IBU menjual beras biasa dengan harga premium, maka konsumen bakal mempertimbangkan harga sebelum kembali membeli beras di tempat yang sama. Penjual beras menurutnya bukan hanya PT IBU saja. Banyak produsen lain yang bisa dipilih konsumen jika mereka tidak puas dengan beras PT IBU.
"Pembeli kalau merasa harga tidak sesuai dengan rasa, pasti dia akan mencari yang lain, itu prinsip ekonomi," kata Enny.
 Direktur Eksekutif Indef Enny Sri Hartati menilai harga beras yang dijual PT IBU dianggap tidak terlalu mengatrol harga beras di pasaran. (CNN Indonesia/Irene) |
Sementara itu, Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Polri Brigadir Jenderal Rikwanto menyebut pelaku pengoplos beras telah mengambil keuntungan hingga 200 persen. Keuntungan ini didapat pelaku setelah menjual beras subsidi yang dioplos ke beras premium dengan harga cukup tinggi.
“Yang dipersoalkan bukanlah medium atau premium, tetapi keuntungan sangat besar yang diambil dari beras subsidi,” kata Rikwanto dalam keterangan pers yang diterima
CNNIndonesia.com.
Subsidi yang dimaksud, ujar Rikwanto, merupakan subsidi pupuk, alsintan, benih yang digunakan oleh petani untuk menghasilkan beras yang berasal dari varietas IR 64 atau setara, seperti beras Impari dan Ciherang.
Sebelumnya, Bareskrim Polri menggerebek sebuah gudang beras milik PT IBU di Bekasi, Jawa Barat. Polisi menduga, anak usaha PT Tiga Pilar Sejahtera itu mengubah gabah yang dibeli seharga Rp4.900 dari petani menjadi beras bermerek dengan harga jual yang jauh berbeda.
Beras produksi PT IBU yang dimaksud yaitu 'Maknyus' seharga Rp13.700 per kilogram dan 'Cap Ayam Jago' seharga Rp20.400 per kilogram. Kedua harga itu jauh di atas harga eceran tertinggi yang ditetapkan pemerintah yakni Rp9.000 per kilogram.