Jakarta, CNN Indonesia -- Komisaris Utama PT Tiga Pilar Sejahtera Anton Apriyantono membantah perusahaannya telah melakukan manipulasi harga beras. Anton menegaskan, beras yang diproduksi perusahaannya sesuai standar nasional Indonesia, bukan beras oplosan.
"Di dunia perdagangan beras dikenal namanya beras medium dan beras premium. SNI untuk kualitas beras juga ada. Yang diproduksi TPS (Tiga Pilar Sejahtera) sudah sesuai SNI untuk kualitas atas," kata Anton setelah dikonfirmasi
CNNIndonesia.com, Minggu (23/7).
Sebelumnya, polisi menyebut ada dugaan manipulasi harga beras saat melakukan penggerebekan di sebuah gudang beras milik PT Indo Beras Unggul (IBU), anak usaha PT Tiga Pilar Sejahtera, Bekasi. Polisi menduga perusahaan telah mengubah gabah yang dibeli seharga Rp4.900 dari petani kemudian mencantumkan merek premium di labelnya.
Beras produksi PT IBU yaitu 'Maknyuss' dijual seharga Rp13.700 per kilogram dan 'Cap Ayam Jago' seharga Rp20.400 per kilogram. Harga ini jauh dari yang ditetapkan pemerintah Rp9.000 per kilogram.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Mantan menteri pertanian era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono ini tak setuju disebut menjual beras di atas harga eceran tertinggi (HET). Menurutnya, SK Menteri Perdagangan mengenai HET baru berlaku pada 18 Juli. Sementara penggerebekan dilakukan dua hari kemudian.
"Tanggal 20 Juli sudah diterapkan ke PT IBU saja, tidak kepada yang lain dan tidak diberikan waktu untuk melakukan penyesuaian," katanya.
Dia menilai HET Rp9.000 per kilogram terlalu rendah karena harga rata-rata beras melebihi Rp10.000 per kilogram. Anton berpendapat, kebijakan itu perlu dievaluasi lagi, selain harus dibedakan antara beras medium dan premium karena berbeda kualitas.
Anton juga menjelaskan tentang kandungan gizi dan angka kecukupan gizi yang tercantum dalam kemasan. Kandungan karbohidrat dalam beras berbagai varietas (IR 64, mentik, wangi, dan lainnya) berkisar 70-81 persen.
"Mengenai kandungan gizi, ada ketidakpahaman membedakan antara kandungan gizi dengan angka kecukupan gizi," ujarnya.
Polisi menyegel gudang beras PT Indo Beras Unggul, di kawasan Kedungwaringin, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, Kamis (20/7). ANTARA FOTO/Risky Andrianto |
Beras 'Ayam Jago Merah' yang dijadikan barang bukti mengandung karbohidrat 74 gram per 100 gram beras. Hal itu berdasarkan hasil analisis dari laboratorium terakreditasi.
Menurut Anton, kandungan karbohidrat 74 gram memenuhi 25 persen angka kecukupan gizi terhadap karbohidrat 300 gram, berdasarkan acuan label gizi BPOM.
Sedangkan beras 'Maknyuss' yang dijadikan barang bukti polisi mengandung karbohidrat 81 gram per 100 gram beras. Kandungan tersebut, kata Anton, telah memenuhi 25 persen angka kecukupan gizi terhadap karbohidrat 300 gram.
"Tidak ada pembohongan sama sekali terhadap konsumen, di mana semua kandungan gizi sesuai dengan hasil pengujian laboratorium terakreditasi," kata Anton.
Anton menambahkan, informasi nilai gizi tidak ada hubungannya dengan deskripsi mutu premium atau medium suatu beras.
Dia menjelaskan, varietas IR 64 adalah varietas lama yang sudah digantikan dengan varietas baru, yaitu Ciherang. Kemudian varietas itu diganti lagi dengan Inpari. Anton mengatakan, IR 64 kini tidak banyak beredar atau bahkan disubsidi.
"Yang ada adalah beras raskin, subsidi bukan pada berasnya tapi pada pembeliannya, beras raskin tidak dijual bebas, hanya untuk konsumen miskin," katanya.
Anton juga menyatakan tidak ada keuangan negara yang dirugikan atas penjualan beras perusahaannya. Dia membantah soal dugaan kerugian negara yang diduga mencapai ratusan triliun. Menurutnya, omzet beras Tiga Pilar Sejahtera hanya mencapai Rp4 triliun per tahun.
"Satu lagi, pemberitaan menyimpan 3 juta ton beras atau membeli beras 3 juta ton beras, itu jelas ngawur karena kapasitas terpasang seluruh pabrik TPS hanya 800 ribu ton," ujar Anton.