Tangis dan Kritik Rachmawati di Hari Kemerdekaan

CNN Indonesia
Kamis, 17 Agu 2017 11:12 WIB
Rachmawati menangis saat mendengar rekaman suara ayahnya, Presiden pertama RI Sukarno, diputar. Ia mengkritik pemerintah yang belum mampu wujudkan keadilan.
Rachmawati menangis saat mendengar rekaman suara ayahnya, Presiden pertama RI Sukarno, diputar. Ia mengkritik pemerintah yang belum mampu wujudkan keadilan. (Detikcom/Rengga Sencaya)
Jakarta, CNN Indonesia -- Tak ada pakaian adat dalam upacara peringatan hari kemerdekaan ke-72 Republik Indonesia di Universitas Bung Karno, Jakarta. Di atas panggung, Rachmawati Soekarnoputri yang mengenakan pakaian hitam, tampak hikmat mengikuti upacara.

Rachmawati bersanding dengan Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto dan Amien Rais. Seperti upacara kemerdekaan di tempat lain, ketenangan sangat terasa dalam upacara di Universitas Bung Karno. 

Ketenangan itu kian terasa saat panitia upacara memutar rekaman suara Presiden pertama RI, Sukarno ketika membacakan teks proklamasi kemerdekaan.
Rachmawati sempat berdiri sebelum suara ayahnya diputar. Putri ketiga Sukarno itu dibantu oleh ajudan yang ada di sebelahnya.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Namun, ketika suara Sukarno menggema, Rachmawati kembali duduk. Dia tampak menangis sambil sesekali menyeka air matanya dengan selembar kain putih.  

Tangis Rachmawati baru berhenti tak lama setelah suara Sukarno selesai diputar. Setelah itu ia kembali berdiri saat bendara merah putih dibawa paskibra ke tiang bendera.

Berbeda dengan putra dan putri Bung Karno yang lain, Rachmawati selama ini dikenal sebagai sosok yang kritis terhadap pemerintahan Joko Widodo.
Ia bahkan pernah ditangkap dalam kasus dugaan makar, 2 Desember lalu. Ia sempat mendekam di penjara sebelum akhirnya dilepas karena alasan kesehatan. 

Pertanyakan Keadilan

Dalam upacara kemerdekaan hari ini, Rachmawati mendapat kesempatan berpidato. 

Rachmawati memulainya dengan mengingatkan kemerdekaan sebagai sesuatu yang tidak diraih gratis, melainkan lewat perjuangan panjang dan keras. 

Ia kemudian merefleksikan hasil kemerdekaan selama 72 tahun. Pertanyaan dan kritik dilontarkan Rachmawati. Salah satunya mengenai kemakmuran dan keadilan yang belum dirasakan rakyat kebanyakan.
"Memasuki 72 tahun yang jadi pertanyaan kita; apa kita sudah merdeka? Apa selama ini sudah membangun masyarakat adil makmur di seberang jembatan (kemerdekaan) kita?"

"Sebagai bangsa yang berdaulat kita harus lakukan otokritik terhadap apa yang kita lakukan. Kita sekarang mengalami disorientasi, kehilangan tujuan yang sejatinya. Kehilangan patriotisme, nasionalisme dan kita merasakan di segala sektor ketidakadilan," katanya.

"Di politik saya lihat ada politik pecah belah di bangsa sendiri, kita seperti diporak-porandakan bahkan dikelompokkan. Dulu ada nama Orde Baru, Orde Lama, Reformasi, padahal kita satu negara. Ini tak boleh diteruskan," Rachmawati menambahkan.
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER