Jakarta, CNN Indonesia -- Mantan terpidana kasus teroris, Aman Abdurrahman, yang merupakan kepanjangan tangan ISIS di Indonesia lagi-lagi tersangkut kasus hukum.
Meski baru bebas dari Nusakambangan karena mendanai kegiatan teroris beberapa hari sebelum HUT Kemerdekaan 17 Agustus 2017 lalu, Aman kembali ditangkap Detasemen Khusus 88 Antiteror Mabes Polri.
Polisi kemudian menetapkan kembali Aman sebagai tersangka dengan sangkaan keterlibatan dalam kasus bom Thamrin yang menewaskan empat warga sipil dan membuat 24 lainnya terluka.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Berkali-kali sejak 2004 Aman menjalani hidupnya di balik bui dijerat kasus terkait terorisme.
Dia pertama kali dikenal akibat bom rakitan yang meledak di rumah kontrakannya, Kampung Sindang Rasa, Kelurahan Suka Maju, Cimanggis, Depok, Jawa Barat pada 2004. Pengadilan kemudian memvonisnya tujuh tahun penjara.
Aman kembali tersandung kasus terorisme karena terlibat di pelatihan militer di Jalin Jantho, Aceh Besar pada 2010. Ia lalu divonis pidana sembilan tahun penjara.
Sementara pada kasus bom Thamrin, ia diduga berperan memberikan ide melancarkan serangan teror.
Aman juga diduga menjadi otak pelemparan bom ke Gereja HKBP Oikumene, Samarinda, pada 13 November 2016 yang menyebabkan enam anak-anak menjadi korban, serta disebut menjadi dalang aksi bom bunuh diri di Terminal Kampung Melayu, Jakarta, pada 24 Mei 2017.
Serangkaian teror itu berkebalikan dengan sosok Aman yang dipandang baik di mata beberapa orang terdekatnya di LP Cipinang. Salah satunya Umar Mukhtar Khairi.
Aman disebutnya rajin dan taat beribadah, sehari-hari membaca Alquran sebanyak tiga juz, dan sering salat tahajud serta puasa. Namun belakangan Umar berselisih jalan dengan Aman karena menganggap pahamnya menyalahi ajaran Islam sesungguhnya.
"Dari segi kesalehannya, jangan ditanya," kata Umar kepada
CNNIndonesia.com.
Secara fisik, Umar menilai kerajinan ibadah Aman menonjol dan dalam sepengetahuannya Aman hafal Alquran dan sedikitnya seribu hadist.
"Mengaji dan membaca hadist itu juga untuk menajamkan kembali apa yang telah dihafal," ujar Umar.
Umar mengatakan Aman juga kerap mengumpulkan uang hasil ceramahnya di berbagai tempat untuk membantu murid-muridnya.
"Yang saya tahu, Terakhir itu pesantren Ibnu Masud yang diberi bantuan," kata Umar.
Di sela-sela aktivitasnya beribadah di balik penjara, Aman juga menyebarkan ajaran ISIS, demikian dinyatakan jaksa penuntut pada kasus persidangan bom Thamrin. Jaksa juga menyebutkan konsekuensi baiat pada ISIS menurut Aman itu adalah mereka harus hijrah ke Suriah, atau berjihad di negara masing-masing.
Umar mengaku bersyukur sempat dekat dengan Aman meski di kemudian hari memiliki perbedaan pemahaman soal ajaran Islam.
"Kalau enggak ada dia dan murid-muridnya yang pernah di penjara, mungkin saya drop juga waktu itu," tutur Umar.
Pernah suatu waktu Umar mengalami sakit perut yang sangat melilit dan Aman memberi semangat sekaligus saran-saran.
"Waktu itu saya sempat berpikir bakal meninggal di penjara. Tapi Ustad Aman perhatian. Memberi semangat dan menyarankan minum madu dan sebagainya," ujar Umar.
Pernah pula suatu hari di LP Cipinang, Aman membuat fatwa kepada muridnya yang datang membesuk untuk mengumpulkan bantuan.
Bantuan tersebut, kata Umar, diperuntukkan kepada murid-murid Aman yang berada di dalam tahanan, bukan untuk Aman pribadi atau segelintir orang yang memiliki kedekatan khusus dengan Aman.
"Murid-muridnya Ustad Aman itu banyak dan patuh. Fatwa itu lalu dijalankan oleh murid-muridnya yang berada di luar tahanan," kata Umar.
Alhasil, para pengikut Aman Abdurrahman yang berada di luar tahanan membawa berbagai jenis bantuan.
"Setelah itu kita makan bersama-sama," kata Umar.
Umar mengatakan, pemikiran Aman semakin liar sejak kemunculan Negara Islam Irak Suriah (ISIS) yang memporakporandakan Suriah. Laporan Human Right Watch 2017 menyebutkan konflik di Suriah itu menewaskan lebih dari 470 ribu orang, dan membuat 6,1 juta orang kehilangan tempat tinggal.
Umar menyebut pemahaman Islam Aman sudah mirip dengan ISIS sejak lama dan setelah ISIS muncul Aman menjadi lebih berani.
"ISIS itu cocok dengan apa yang ada di kepala Aman," kata Umar.
Umar dan beberapa kelompok lain di tahanan tidak sepakat dengan pemahaman ISIS.
Umar menjelaskan, tidak sedikit pengikut Aman di dalam tahanan yang tidak lagi diberi bantuan karena tidak mendukung ISIS. Selama di penjara, memang banyak tahanan pengikut Aman yang mendapat bantuan dari pengikut Aman di luar penjara.
"Ketika ketahuan tidak mendukung ISIS, bantuannya disetop," katanya. Umar menjelaskan, Aman begitu benci dengan kalangan yang tidak mendukung ISIS dengan didasari tiga faktor.
"Pertama, munafik. Kedua, bodoh karena tidak mencari informasi yang benar. Ketiga, musuh Islam," tutur Umar.
Umar mengatakan, telah berpisah jalan dengan Aman sejak 2015. Dia merasa ada banyak keganjilan dalam pemahaman yang dianut Aman. Terutama sejak ISIS muncul.
Kala itu, Umar mengaku memberanikan diri mencari referensi tentang Islam dari buku-buku yang selama ini tidak digunakan Aman dan pengikutnya.
Mulanya, Umar kerap disebut munafik, penyebar fitnah dan label lain sejenis yang kurang mengenakkan. Namun, Umar tetap mencari referensi lain agar pandangannya terbuka.
"Lama-lama semakin biasa saja. Akhirnya semakin semangat untuk meng-counter pemikiran mereka," kata Umar. ---- Catatan redaksi: Berita ini diperbarui pada 30 Mei 2018 untuk memasukkan fakta terbaru dan temuan relevan lainnya.