Umar mengatakan, pemikiran Aman semakin liar sejak kemunculan Negara Islam Irak Suriah (ISIS) yang memporakporandakan Suriah. Laporan Human Right Watch 2017 menyebutkan konflik di Suriah itu menewaskan lebih dari 470 ribu orang, dan membuat 6,1 juta orang kehilangan tempat tinggal.
Umar menyebut pemahaman Islam Aman sudah mirip dengan ISIS sejak lama dan setelah ISIS muncul Aman menjadi lebih berani.
"ISIS itu cocok dengan apa yang ada di kepala Aman," kata Umar.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Umar dan beberapa kelompok lain di tahanan tidak sepakat dengan pemahaman ISIS.
Umar menjelaskan, tidak sedikit pengikut Aman di dalam tahanan yang tidak lagi diberi bantuan karena tidak mendukung ISIS. Selama di penjara, memang banyak tahanan pengikut Aman yang mendapat bantuan dari pengikut Aman di luar penjara.
"Ketika ketahuan tidak mendukung ISIS, bantuannya disetop," katanya. Umar menjelaskan, Aman begitu benci dengan kalangan yang tidak mendukung ISIS dengan didasari tiga faktor.
"Pertama, munafik. Kedua, bodoh karena tidak mencari informasi yang benar. Ketiga, musuh Islam," tutur Umar.
Umar mengatakan, telah berpisah jalan dengan Aman sejak 2015. Dia merasa ada banyak keganjilan dalam pemahaman yang dianut Aman. Terutama sejak ISIS muncul.
Kala itu, Umar mengaku memberanikan diri mencari referensi tentang Islam dari buku-buku yang selama ini tidak digunakan Aman dan pengikutnya.
Mulanya, Umar kerap disebut munafik, penyebar fitnah dan label lain sejenis yang kurang mengenakkan. Namun, Umar tetap mencari referensi lain agar pandangannya terbuka.
"Lama-lama semakin biasa saja. Akhirnya semakin semangat untuk meng-counter pemikiran mereka," kata Umar. ----
Catatan redaksi: Berita ini diperbarui pada 30 Mei 2018 untuk memasukkan fakta terbaru dan temuan relevan lainnya.
(osc/djm)