Jakarta, CNN Indonesia -- Relawan Perjuangan Demokrasi (Repdem) Jawa Timur melaporkan akun media sosial atas nama Dhandy Dwi Laksono ke Polda Jawa Timur. Dhandy dinilai telah melakukan penghinaan dan ujaran kebencian terhadap Presiden RI Joko Widodo dan Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri.
Kabid Humas Polda Jawa Timur Kombes Frans Barung Mangera membenarkan laporan itu. Kata dia, polisi menerima laporan tersebut hari ini pada pukul 10.00 WIB.
"Kebetulan garda dari sayap PDIP, melapor tadi pagi jam 10.00 WIB," ujarnya kepada
CNNIndonesia.com, Rabu (6/9).
Menurut Frans, sudah banyak pihak yang melapor soal akun tersebut karena unggahan yang dinilai sebagai ujaran kebencian. Namun Frans enggan menjelaskan siapa saja yang sudah melaporkan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Banyak yang melaporkan tetapi bukan khusus untuk yang ini saja dan sekarang kebetulan korbannya Bapak Jokowi. Kami akan terus melakukan penyelidikan dan penyidikan," ucapnya.
Laporan terkait unggahan Dhandy, kata Frans, akan masuk dalam dugaan pelanggaran UU ITE. "Kami akan menegakkan hukum," tuturnya.
Unggahan Dhandy yang dinilai melanggar UU ITE terkait dengan tulisannya yang menyamakan Aung San Suu Kyi dengan Megawati. Tulisan itu diunggah ke laman Facebook Dhandy pada 3 September lalu.
Dalam tulisan tersebut, Dhandy menuliskan:
"Tepat setelah Megawati kembali berkuasa lewat kemenangan PDIP dan terpilihnya Presiden Joko Widodo yang disebutnya sebagai "petugas partai" (sebagaimana Suu Kyi menegaskan kekuasaannya), jumlah penangkapan warga di Papua tembus 1.083 orang, mengalahkan statistik tertinggi di era Presiden SBY (2013) yang berjumlah 548 orang."
"Bahkan menurut catatan LBH Jakarta dan Tapol, antara April hingga Juni 2016 saja, ada 4198 warga Papua yang ditangkap di berbagai tempat di Indonesia karena mengekspresikan aspirasi politiknya."
Dhandy dikenal sebagai jurnalis dengan pendekatan yang investigatif. Pria tersebut juga merupakan pendiri rumah produksi watchdoC.
Jika melihat laman Facebook Dhandy, tidak sedikit pengikut akunnya yang mendukung dan menyemangatinya. Mereka menilai, tulisan yang diunggah Dhandy bukanlah
hoax.
Sampai berita ini dibuat, CNNIndonesia.com mencoba mengontak Dandhy, namun belum ada respons. Saat dihubungi ke nomor ponselnya tak diangkat. Sementara pesan singkat yang dikirim juga belum ada jawaban.