Jakarta, CNN Indonesia -- Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Polri Brigadir Jenderal Rikwanto mengatakan, ada tiga dugaan yang menjadi alasan penyidik Direktorat Tindak Pidana Siber Badan Reserse Kriminal (Dittipidsiber Bareskrim) Polri mengirim Ketua Saracen Jasriadi Yadi (32) untuk menjalani pemeriksaan kejiwaan.
Tiga dugaan tersebut ditengarai membuat kesaksian Jasriadi berubah-ubah dan bersikap tidak kooperatif saat menjalani pemeriksaan.
Rikwanto membeberkan, dugaan pertama Jasriadi mengalami gangguan mental lantaran ditahan pihak kepolisian. Dugaan selanjutnya, Jasriadi sengaja mengaburkan informasi yang diketahui. Sedangkan dugaan ketiga, Jasriadi mendapatkan tekanan dari pihak tertentu.
"Beberapa kali pemeriksaan yang bersangkutan selalu berubah-ubah keterangannya, untuk menentukannya secara scientific (ilmiah), kami lakukan pemeriksaan kejiwaan di rumah sakit," kata Rikwanto saat ditemui usai menghadiri salah satu diskusi di kawasan Jakarta Selatan, Rabu (20/9).
Dia menuturkan, penyidik masih membutuhkan informasi yang lebih banyak dari Jasriadi. Menurutnya, Jasriadi memiliki peran sentral di Saracen dalam menyebarkan konten ujaran kebencian dan benunsa suku, agama, ras, dan antargolongan (SARA).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kami anggap dia sebagai
playmaker-nya. Orang penting dalam Saracen. Perannya sentral, jadi kami berpikir masih banyak yang masih bisa digali dari dia," tuturnya.
Penyidik Dittipidsiber Bareskrim mengirim Jasriadi ke Bhayangkara Tk. I R. Said Sukanto, Jakarta Timur untuk menjalani pemeriksaan kondisi kejiwaan, Rabu (20/9).
Kepala Sub Direktorat I Dittipidsiber Bareskrim Komisaris Besar Irwan Anwar mengatakan, langkah ini dilakukan lantaran kesaksian Jasriadi selalu berubah-ubah saat menjalani pemeriksaan. Jasriadi juga bersikap tidak kooperatif.
"Ya benar, karena keterangan berubah-ubah, tidak kooperatif," kata Irwan saat dikonfirmasi, Rabu (20/9).