Ketua DPD Golkar Jawa Barat, Dedi Mulyadi mengatakan, Pilgub Jawa Barat meulai memanas karena berdekatan dengan hajatan akbar, Pemilu 2019.
Apalagi, selain Jawa Barat, ada sejumlah provinsi yang punya pengaruh juga menggelar pemilihan kepala daerah. Sebut saja, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sumatera Utara dan Papua.
"Penduduk Jawa Barat sangat banyak, ada sekitar 46 juta, kemudian mepet-mepet hajat besar di Jakarta, bagaimana pun atmofer dibawa-bawa. Ada aspek hajat politik untuk Pemilu 2019 itu," tutur Dedi kepada CNNIndonesia.com.
Dedi tak ambil pusing dengan polemik surat penunjukkan langsung untuk Ridwan Kamil. Meski tak merasa dilangkahi --karena dia orang nomor satu Golkar Jawa Barat, Dedi mengingatkan bahwa keputusan pusat harus mempertimbangkan masukan dari bawah.
"Apapun yang diputuskan oleh Partai Golkar, harus didasarkan pada pertimbangan kepentingan masyarakat Jawa Barat dan kepentingan Golkar itu sendiri. Kan Golkar partai kader. Kalau partai kader konsisten pada tingkat pengkaderan," tuturnya.
Memilih di Injury Time
Di sisi lain, pengamat politik dari Universitas Padjajaran, Idil Akbar mengaku tak heran dengan pola partai di Indonesia ketika memilih calon menjelang pemilihan kepala daerah, yang masih mengambang.
Idil mengatakan, partai bisa saja sengaja memunculkan nama-nama dari jauh hari, namun itu hanya sebatas melihat respons masyarakat terhadap sosok tersebut. Ditambah adanya bargaining di internal partai bila memutuskan seorang calon.
"Saya kira itu yang paling mungkin dan masuk akal untuk melihat fenomena apa yang mengusung kemudian tarik dukungan, atau parpol yang seolah-olah mengeluarkan surat tapi ternyata hoax," tuturnya dihubungi terpisah.
Dari survei terakhir yang dilakukan Lembaga survei Media Survei Nasional (Median) terkait elektabilitas bakal cagub di Pilgub Jabar 2018 pada Juli 2017 lalu, Ridwan Kamil berada di tempat teratas.
Ridwan Kamil memperoleh 23,7 persen, kemudian Deddy Mizwar 15,3 persen, Dedi Mulyadi 7,8 persen, Abdullah Gymnastiar (Aa Gym) 7,7 persen dan Agus Yudhoyono 6,3 persen. Itu lima besar sosok yang memiliki elektabilitas tinggi dalam Pilgub Jawa Barat.
Menurut Idil, nama-nama yang muncul dalam lima besar teratas survei bakal terus didengungkan partai.
"Pada dasarnya kemudian adalah apakah nama-nama yang mucnul tadi itu diterima baik oleh masyarakat, apa ada resistensi sendiri dari masyarakat. Itu yang terjadi pada saat ini," kata dia.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Idil menambahkan partai politik di Indonesia bakal menentukan pilihannya pada detik-detik akhir, termasuk juga pada gelaran Pilgub Jawa Barat mendatang ini.
Alasannya, kata Idil, partai kurang percaya diri dengan yang diusung, sehingga ingin melihat respons masyarakat.
"Sebetulnya pada dasarnya ingin mengukur sejauh mana, tingkat ke-elektabilitas-an dari calon itu," tuturnya.