Bali, CNN Indonesia -- Gunung Agung yang berada di Karangasem, Bali, mulai mengeluarkan asap yang berasal dari kawah gunung.
Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) menyampaikan, asap sering keluar dari kawah Gunung Agung.
"Asap mulai sering keluar, tadi pagi juga kelihatan begitu, dari pos kami juga melaporkan di ketinggan 50-100 meter dari puncak," kata Kepala PVMBG Kasbani, Kamis (28/9).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pantauan
CNNIndonesia.com dari pukul 17.05-17.53 WITA di Desa Amed, Karangasem, Gunung Agung terlihat mengeluarkan asap hitam.
Menurut Kasbani asap yang terpantau di Pos Pemantauan Gunung Agung masih berupa asap putih.
"Yang kami pantau dari bagian pos di Rendang asap putih," ujarnya.
Asap putih yang terpantau tersebut, lanjutnya merupakan campuran antara uap air dan kandungan gas vulkanik Gunung Agung.
Kasbani mengatakan, keluarnya asap dari kawah Gunung Agung tersebut menunjukkan peningkatan aktivitas vulkanik di dalamnya.
“Sebelum ke level awas, belum pernah keluar selama dia (Gunung Agung) kondisi normal, waspada belum keluar," ucap Kasbani.
Kasbani menyampaikan, keluarnya asap dari kawah Gunung Agung tidak mengindikasikan terjadinya erupsi karena erupsi harus disertai dengan keluarnya material vulkanik.
“Belum (erupsi), erupsi harus material vulkanik yang dikeluarkan. Ini baru hembusan-hembusan (asap) saja,” katanya.
Di sisi lain, Kasbani juga menuturkan sampai saat ini belum terjadi gempa tremor di Gunung Agung.
Gempa tremor, kata Kasbani, menunjukkan magma yang ada di dalam gunung sudah mencapai permukaan, sehingga dalam hitungan menit hingga jam bisa diprediksi gunung akan meletus.
Kasbani menuturkan, hampir semua gunung api di Indonesia selalu didahului dengan terjadinya gempa tremor sebelum akhirnya meletus.
“Biasanya gunung api di Indonesia umumnya begitu (didahului gempa tremor),” ujarnya.
 Warga berusaha kembali ke rumahnya setiap pagi dari posko pengungsi untuk memberi makan sapi peliharaannya. (CNN Indonesia/Andry Novelino) |
Meski begitu, PVBMG tidak mengetahui secara pasti apakah letusan Gunung Api akan didahului dengan gempa tremor dulu atau tidak. Pasalnya, saat meletus pada 1963 belum ada alat untuk yang digunakan untuk melalukan perekaman kegempaan.
“Kami tidak tahu di Gunung Agung ini karena kan meletusnya tahun 1963 belum ada peralatan. Kalau di Gunung Merapi, Gunung Sinabung sudah ada semua, tapi umumnya begitu (didahului gempa tremor),” tutur Kasbani.
Di sisi lain, Kasbani juga menyampaikan letusan gunung api tidak tergantung pada waktu, baik pagi, siang, ataupun malam.
“Tidak tergantung siang malamnya, itu bisa kapan saja terjadi apakah siang atau malam,” ujarnya.
Menurutnya letusan itu dipengaruhi oleh aktivitas magma atau vulkanik di dalam Gunung Agung.
“Itu dari dalam ya, enggak tergantung siang atau malam. Gunung Sinabung malam pernah meletus, siang juga pernah,” tuturnya.
Evakuasi PasienRumah Sakit Karangasem di Bali mulai memindahkan pasiennya ke tempat yang lebih aman dari Gunung Agung. Hal itu disampaikan Menteri Kesehatan Nilla F Moeloek.
"Rumah sakit di Karangasem tetap siaga, tetapi sudah kita lakukan penggeseran pasien, sudah kita geser ke Klungkung dan Gianyar," kata Nilla saat ditemui di Pelabuhan Indah Kiat, Kota Cilegon, Banten.
Para pengungsi gunung berapi itu, termasuk anak-anak, mulai terkena Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA).
"Penyakit ISPA tinggi, karena tempat tidur mereka terganggu, saya lihat anak-anak sudah mulai terganggu," terangnya.
Kemenkes dan TNI pun telah membuka posko pengungsian dan prajuritnya telah diperbantukan sebagai tenaga medis.
"Kami bersama TNI dan mitra lainnya membuat posko pengungsian. Sampai ke Rumah Sakit Sanglah yang tertinggi, kami siap menerima bantuan," kata Nilla.