Jakarta, CNN Indonesia --
"Tahan SN, tahan SN. Tahan si Setnov sekarang juga!"Riuh rendah teriakan itu terdengar menyela lantunan lagu 'Maumere' yang diputar guna menghibur ribuan warga di hari bebas kendaraan bermotor atau
Car Free Day, kawasan Bundaran Hotel Indonesia, Jakarta, Minggu (1/10).
Puluhan orang berpakaian serba hitam dan membawa beragam pamflet menjadi sumber seruan tersebut. Mereka menamakan diri sebagai Koalisi Masyarakat Sipil Antikorupsi Indonesia.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Mereka menggelar kegiatan bertajuk 'Indonesia Berkabung' menanggapi batalnya status tersangka Ketua DPR RI Setya Novanto dalam kasus korupsi pengadaan KTP Elektronik.
Status tersangka Novanto telah diputuskan batal lewat vonis praperadilan Hakim Tunggal Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, Cepi Iskandar, Jumat (29/9).
"Hari ini kita sepakat untuk terus melakukan perlawanan, mendukung KPK keluarkan sprindik baru terhadap Setnov. Kita tak pernah bisa diam sampai Setnov ditahan dan menjadi terdakwa," kata anggota KOSMIK UI yang tergabung dalam koalisi, Gifo Aulia.
Kemampuan Setya lolos dari berbagai perkara yang membelitnya juga disoroti koalisi tersebut. Menurut perhitungan mereka, Ketua Umum Partai Golkar itu sudah 6 kali lolos dari kasus hukum yang melibatkannya.
"Putusan hakim Cepi bukan putusan yang tepat, tapi justru menciderai hukum di Indonesia. Publik marah dengan keputusan tersebut," katanya.
Selain orasi, sebuah puisi karya Sosiolog Universitas Indonesia, Imam Prasodjo, juga dibacakan anggota koalisi. Puisi karya Imam yang berjudul 'Kau Sungguh Terlalu' itu dibacakan anggota Gerakan Anti Korupsi (GAK) Enomy Prasetyo. Karya tersebut menyindir keputusan hakim yang dianggap janggal dalam praperadilan Setya.
Berikut isi puisi karya Imam yang dibacakan dalam aksi tersebut:
Dada ini terasa begitu mendidihMelihat pesta pora penghianatanPeragaan kepalsuan digelar kasat mataDipertontonkan begitu terbukaDilihat jutaan pasang mataKau sungguh terlaluJabatan agung kau permainkanRasa keadilan kau jauhkanKeputusan ambigu kau bacakanTerdengar tersendat terbataBodoh, dungu terlihatInikah pertanda kepalsuan?Penghianatan apa lagi kau pertunjukkanSungguh tak tahu maluBerani kau pegang paluKau ketukkan menghianati bangsamuKau ketukkan menghinakan dirimuKau ketukkan mempermalukan anak cucumuLihatlah dirimuHidupmu mendekati uzurTubuhmu mendekati liang kuburTapi adakah hati luluh mengendurPeduli pada negeri yang hancurMerasakan nasib mereka yang leburLihatlah dirimuApa makna jubah kebesaranmuSungguh kau nistakan kehormatanKau jadikan penutup kepalsuanKau jadikan pembungkus kebusukan dan kehinaanSemoga Tuhan yang kuasaMemberi ampun atas penghianatanmuKepada bangsamu.