Kesaksian dan Ajakan Berdamai Putri Jenderal di Lubang Buaya

CNN Indonesia
Minggu, 01 Okt 2017 15:51 WIB
Putri sulung mendiang Mayjen DI Pandjaitan mengaku menyetujui gagasan rekonsiliasi demi kemajuan bangsa Indonesia dan menyelesaikan permasalahan.
Putri sulung mendiang Mayjen DI Pandjaitan mengaku menyetujui gagasan rekonsiliasi demi kemajuan bangsa Indonesia dan menyelesaikan permasalahan. (CNN Indonesia/Adhi Wicaksono)
Jakarta, CNN Indonesia -- Cuaca cerah bersahabat menaungi suasana upacara Hari Kesaktian Pancasila yang digelar di Monumen Pancasila Sakti, Lubang Buaya, Minggu (1/10) pagi WIB.

Acara yang juga dihadiri Presiden Jokowi ini turut menjadi momentum bagi putra-putri para jendral Pahlawan Revolusi mendoakan sekaligus napak tilas.

Salah satu kerabat yang hadir adalah putri sulung mendiang Mayjen DI Pandjaitan, Catherine Pandjaitan (63).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dahinya berkerut dan matanya tampak sendu saat berada di sumur Lubang Buaya yang kini dikenang sebagai peristiwa sejarah kelam.


Ketika tragedi itu terjadi, Catherine masih berusia 17 tahun. Ia merupakan saksi peristiwa tragis saat ayahnya diculik dari rumahnya di Jalan Sultan Hasanuddin, Blok M, Jakarta Selatan, tahun 1965 lalu.

"Dari keluarga saya, ya sudah (memaafkan) sejak lama peristiwa '65 ini. Para keluarga pahlawan revolusi yang lain juga sudah memaafkan," ujarnya saat ditemui para wartawan setelah menghadiri peringatan Hari Pancasila Sakti, pada Minggu (1/10).

Chaterine merasa sudah dapat menerima peristiwa yang menjadi bagian dari hidupnya. Ia mengaku ikhlas menerima kenyataan dan menghilangkan rasa dendam atas peristiwa itu.

Hal ini ia lakukan dengan berusaha untuk berkawan dengan putra-putri tokoh PKI. Bahkan, Catherine kini bisa disebut bersahabat dengan putra tokoh PKI, D.N. Aidit yaitu Ilham Aidit dan putri Njoto, Svetlana Njoto.

"Saya sudah bergandengan tangan dengan anaknya Njoto dan Ilham Aidit juga, tidak ada masalah," ujarnya.


Catherine juga menganggap rekonsiliasi para anak-anak korban 1965 menjadi jalan saling memaafkan agar Indonesia tetap melangkah ke depan.

"Saya setuju (rekonsiliasi) itu, bangsa lain sudah pada maju deh. Kita fokus buat Indonesia maju. Rakyat Indonesia dari sini, sana masih banyak yang susah. Jangan diladeninlah begini-begini. Mari bergandengan tangan, do all the best for our country," ujarnya.

Catherine menyarankan agar para penerus bangsa tidak melupakan sejarah bangsa Indonesia. Ia mengingatkan agar Indonesia tetap damai dan menjalankan Pancasila kedepannya.

"Sejarah itu tak akan kita lupakan, itu sejarah. Saya sudah maafin yang membunuh, tidak ada gunanya kalau tidak memaafkan. Maling saja kalau digebukin kita pasti tak tega lihatnya. Ya sudah, yang terpenting sekarang berbuat baik berdamai, bergaul, enggak usah mendendam. Indonesia kan sifatnya gotong royongnya, marilah kita sesuai Pancasila," pungkasnya.
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER