Jakarta, CNN Indonesia -- Jelang malam 1 Oktober, film Pengkhianatan G30S/PKI kembali diputar di beberapa sudut kota. Layar tancap digelar, para penonton duduk berlesehan dengan penerangan ala kadarnya.
Setidaknya pada Sabtu (30/9) malam, ada tiga titik yang terpantau memutar film karya sutradara Arifin C. Noer itu. Lokasinya di dalam Masjid Sunda Kelapa, Jakarta Pusat; di bahu Jalan Pejompongan Raya, Jakarta Pusat; dan di trotoar Jalan Bintaro Utama, Tangerang Selatan.
Malam sebelumnya, salah satu stasiun televisi swasta juga memutar film yang dirilis pada 1984 itu. Presiden Joko Widodo didampingi Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo pun ikut menonton bareng film G30S/PKI di Makorem Suryakencana, Bogor, Jawa Barat.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Gatot sempat memerintahkan para prajuritnya menggelar acara nonton bareng film tersebut. Alasannya, agar generasi bangsa tidak melupakan sejarah kelam Indonesia 52 tahun lalu.
Pemutaran film itu digencarkan kembali di tengah maraknya isu dugaan kebangkitan PKI dan ajaran komunisme. Sejumlah ormas Islam beberapa kali menggelar aksi menentang kebangkitan PKI. Pada Jumat (29/9) misalnya, massa Aksi 299 mendesak DPR melakukan pembersihan anggota dewan yang terindikasi antek PKI.
Jajang C. Noer, istri mendiang Arifin C. Noer mengatakan, pembuatan film itu memang ditujukan agar semua orang tetap membenci PKI. Dia pun tak mempersoalkan film itu diputar kembali dan ditonton banyak orang saat ini.
Namun Jajang menilai, ada tujuan lain di balik menguatnya kembali isu anti-PKI belakangan ini.
“Tahun ini dibicarakan heboh banget. Tentu saja kehebohan ini ada politisnya untuk maksud yang lain lagi. PKI itu tidak bakal muncul kembali,” kata Jajang saat berbincang dengan CNNIndonesia.com di rumahnya, kawasan Kebayoran Baru, Jakarta Selatan.
Jajang resah dengan isu kebangkitan PKI yang dimunculkan kembali. Setelah lebih dari setengah abad partai berlambang palu arit itu dibumihanguskan, dia yakin partai tersebut tidak akan bangkit lagi.
Sutradara kawakan itu justru berpendapat, ancaman saat ini bukan datang dari PKI, tapi dari kelompok radikal Islam. Menurut Jajang, kelompok ini berusaha mengacaukan negara.
“PKI itu tidak mengancam, yang mengancam sekarang ini adalah radikalisme Islam. Itu yang sangat berbahaya sekarang ini. Bukan PKI,” kata Jajang.
Dia menilai radikalisme berkembang karena banyak orang belajar agama dengan cara yang salah, tidak menurut kaidah Islam. Menurut Jajang, hidup di negara yang mayoritas berpenduduk Muslim, tak perlu memperjuangkan negara Islam.
“Radikalisme Islam sedang mengacaukan negeri kita. Saya rasa orang yang berkoar-koar anti-PKI itu mau nebeng saja bikin kacau,” ujar perempuan yang pernah pergi haji itu.
Lebih dari itu, Jajang berpendapat, isu kebangkitan PKI hanya dimanfaatkan pihak tertentu untuk menjatuhkan popularitas Jokowi di mata masyarakat. Dia menilai isu yang sempat mengemuka bahwa Jokowi adalah anak kader PKI merupakan hoaks yang dibuat serampangan.
“Yang sungguh-sungguh menganggap PKI itu ancaman, ada tujuan tertentu. Ini untuk mengalihkan perhatian saja, untuk mengacaukan negara, supaya Jokowi jadi kacau. Sekarang dia (Jokowi) dibilang pembela PKI. Itu semua untuk menjatuhkan Jokowi saja,” tambahnya.
(gil)