Jakarta, CNN Indonesia -- Wakil Presiden Jusuf Kalla meminta Amerika Serikat memperbaiki sistem agar kasus penolakan terhadap Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo tak lagi terulang.
"Supaya tidak terulang, Amerika harus memperbaiki juga dia punya sistem," ucapnya, di Istana Wakil Presiden, Jakarta, Kamis (26/10).
JK menjelaskan, sistem penerbangan ke Amerika memang didesain untuk mengetahui data manifes penumpang semua penerbangan sebelum tiba ke negara tersebut. JK memperkirakan, ada data imigrasi tertentu yang terkait nama "Gatot", sehingga Panglima Gatot bermasalah saat akan terbang menuju Amerika Serikat.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Jadi ini kan sistem ini karena hanya kalau salah (identifikasi), ada alarm berbunyi," ucap JK.
Wapres sendiri punya pengalaman bermasalah dengan manifes penumpang di AS. Ketika itu, ia tertahan di pesawat selama satu jam di dalam pesawat di Los Angeles, AS, saat hendak menuju Peru.
"Ternyata administrasi itu, pesawat saya, saya sendiri tertahan. Apa boleh buat, sudah di pesawat pun sejam tidak bisa berangkat," ungkapnya.
Meski demikian, Wapres menganggap masalah antara Indonesia dan AS pasca-insiden penolakan Gatot itu sudah selesai. Pemerintah pun telah melayangkan protes melalui jalur diplomatik.
"Sudah meminta maaf ya sudah. Menurut saya perdebatannya sudah, ujung-ujungnya sudah minta maaf," kata JK. "Mudah-mudahan lain kali tidak terjadi, walaupun kita marah juga, jengkel juga," imbuh dia.
Terpisah, Wakil Presiden ke-6 RI Try Sutrisno menyarankan Gatot dan masyarakat Indonesia tak perlu tersinggung dan tak perlu diperpanjang. Menurutnya, pihak AS sudah meminta maaf.
"
Wis jangan diperbesar. Itu sudah selesai. Panglima juga belum akan ke sana (AS) lagi. Prosesnya sedang diusut," ujarnya, di kantor Para Syndicate, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Kamis (26/10).
Try, yang juga merupakan Anggota Dewan Pengarah Unit Kerja Presiden Pembinaan Ideologi Pancasila (UKP-PIP), mengaku tak mengetahui alasan pihak Amerika Serikat menolak Gatot saat itu. Ia mempercayakan insiden ini untuk diusut tuntas oleh Pemerintah.
Penolakan Gatot terjadi saat ia bersama istri dan jajaran TNI hendak pergi ke AS dengan tujuan memenuhi undangan dari Panglima Angkatan Bersenjata Jenderal Joseph F Durford, Jr. untuk hadir dalam acara konferensi Chiefs of Defence conference on country violent Extremist organizations (VEOs) di Washington, 23-24 Oktober.
Gatot seharusnya menumpang pesawat Emirates EK 0357 dari Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Cengkareng, pukul 17.00 WIB, Sabtu (21/10). Sejumlah administrasi dan kelengkapan visa pun dilaporkan telah dipenuhi Gatot bersama sejumlah delegasi Indonesia lainnya. Namun, penolakan dikirim oleh
US. Custom and Border Protection dan disampaikan pihak maskapai.
Atas insiden itu, Menteri Pertahanan (Menhan) AS James Mattis meminta maaf kepada Menteri Pertahanan Indonesia Ryamizard Ryacudu. Pemerintah AS hanya menyebut bahwa masalah itu karena persoalan administrasi.