Pengungsi Gunung Agung Dipulangkan Bertahap

CNN Indonesia
Senin, 30 Okt 2017 09:17 WIB
Ribuan pengungsi yang dipulangkan masih bermasalah dengan keuangan dan kekhawatiran munculnya bencana susulan.
Gunung Agung, Bali, kini disebut lebih aman. Pengungsi pun dipulangkan bertahap mulai Senin (30/10). (Foto: CNN Indonesia/Andry Novelino)
Jakarta, CNN Indonesia -- Terhitung mulai hari ini, Senin (30/10), pengungsi Gunung Agung dipulangkan pasca-penurunan status Gunung Agung dari Awas ke Siaga. Kendaraan disiapkan untuk mengangkut kembalinya para pengungsi. Namun, masih ada masalah sosial pasca-pengungsian.

Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Klungkung mengungkapkan, evakuasi kembalinya pengungsi saat ini memakai delapan kendaraan, berupa lima bus dan tiga truk.

"Kami tidak memaksa para pengungsi pulang. Jika ada yang ingin tetap bertahan di pengungsian dipersilakan," kata Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Klungkung, Bali, Putu Widiada, seperti dikutip dari kantor berita Antara, di GOR Swecapura, Kota Semarapura, Senin (30/10).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT


Warga yang diperbolehkan pulang adalah mereka yang tempat tinggalnya di luar Kawasan Rawan Bencana (KRB). Sementara, sebanyak 3.758 orang pengungsi Gunung Agung tetap tinggal di pengungsian karena tempat tinggalnya masih masuk dalam kawasan enam desa yang rawan bencana. Enam desa tersebut yakni Buwana Giri, Sebudi, Besakih, Jungutan, Dukuh, dan Ban.

"Data tersebut menunjukkan penurunan cukup signifikan dibandingkan data pengungsi total saat ini mencapai sekitar puluhan ribu," imbuh dia. Meski begitu, pihaknya tidak akan memaksa para pengungsi pulang. Termasuk bagi mereka yang domisilnya berada di wilayah aman atau di luar zona merah Gunung Agung.

Sebelumnya, Kepala Pusat Data dan Informasi Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho mengatakan, ribuan pengungsi Gunung Agung di Bali sudah diizinkan pulang ke rumahnya masing-masing.

"Status Gunung Agung (Minggu, 29/10 malam) telah diturunkan ke level siaga. Kegempaan, deformasi, asap solfatara-nya terus menurun. Ribuan pengungsi akan pulang," ujar dia, melalui akun Twitter-nya.



Sutopo juga mengunggah panorama Gunung Agung pada Senin (30/10) pagi. "Gunung Agung Level III Siaga, pagi ini (30 Oktober 2017) sangat cantik. Semua data aktivitas seismik gunung terus turun. Bali aman," imbuhnya.

Pada Minggu (29/10) malam, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) menyatakan, tingkat kebencanaan Gunung Agung diturunkan dari Level IV (Awas) ke Level III (Siaga). Hal itu didasarkan atas hasil analisis data visual dan kegempaan serta mempertimbangkan potensi ancaman bahayanya.

Lantaran itu, Sutopo melanjutkan, sebagian besar pengungsi Gunung Agung berjumlah 133.457 jiwa dan tersebar di 385 titik sudah boleh kembali ke rumahnya. Pengungsi itu sebagian berasal dari desa/dusun yang berada di luar radius 6-7,5 kilometer dari pusat kawah gunung.

BNPB, lanjutnya, telah berkoordinasi dengan BPBD Provinsi Bali dan BPBD Kabupaten/Kota di Bali untuk pemulangan pengungsi.

"BPBD bersama TNI, Polri, Basarnas, SKPD, NGO dan masyarakat telah menyediakan kendaraan yang ditempatkan di pos pengungsian untuk mengangkut pengungsi pulang. Sebagian pengungsi pulang menggunakan kendaraan sendiri atau dibantu pihak lain," urainya.


Meski status Gunung Agung telah turun, Sutopo mengingatkan bahwa keadaan darurat penanganan pengungsi yang ditetapkan Gubernur Bali tetap berlaku, yaitu pada 27 September-9 November. Hal itu diperlukan sebagai dasar dalam kemudahan akses penanganan pengungsi. Namun, ia mengingatkan masyarakat agar tetap waspada dengan berita yang belum jelas kebenarannya.

Sementara itu, salah satu pengungsi, Nyoman Wenten (50), mengaku kepulanganya ke rumahnya di Desa Muncan, Kecamatan Selat, Kabupaten Karangasem, Bali, sekaligus bertujuan untuk merayakan Hari Raya Suci Galungan. Perayaan ini merupakan peringatan atas kemenangan kebaikan (dharma) terhadap kejahatan (adharma).

Namun, Wenten mengaku masih bingung karena tidak memiliki uang untuk menyambut Galungan. Terlebih, ia tidak bekerja selama hampir sebulan lebih mengungsi.

"Saya bingung sebenarnya karena tidak memiliki uang untuk persiapan hari raya. Kalau Galungan harus membeli bahan-bahan mulai dari perlengkapan ritual upacara dan juga bahan-bahan makanan," papar dia.

Nyoman Parwata (45), pengungsi lain asal Desa Muncan, menambahkan, ia akan kembali ke pengungsian setelah selesai melaksanakan ritual upacara di desanya

"Saya akan kembali lagi nanti setelah selesai Galungan. Saya masih merasa takut berada di rumah karena statusnya masih Siaga," tutup Parwata.

LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER