Jakarta, CNN Indonesia -- Alih-alih menerima lahan pekuburan, umat Hindu Jakarta meminta alat kremasi atau pembakaran mayat kepada Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan pun menjanjikan penyediaan alat tersebut.
"Kami
commit untuk menyiapkan fasilitas untuk bisa menyelenggarakan upacara kremasi dan Ngaben di Jakarta, sehingga semua yang menjadi kewajiban Umat Hindu yang masih hidup bisa diselenggarakan dengan sebaik-baiknya," ujar Anies, dalam peresmian Pura Dalem Purnajati Tanjung Puri, Cilincing, Jakarta, Minggu (5/11).
Untuk realisasinya, ia mengklaim akan menyertakan pengadaan alat kremasi tersebut dalam APBD DKI Jakarta 2018. Namun, kepastiannya masih menunggu penyusunan anggaran prioritas.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Tadi saya cek dengan asisten saya, mudah-mudahan kami bisa masukan di anggaran 2018, sekarang masih penyusunan KUA-PPAS (Kebijakan Umum Anggaran dan Prioritas Plafon Anggaran Sementara) jadi saya bersyukur bisa ikut meresmikan," tuturnya.
Sebelumnya dalam acara yang sama, Ketua Suka Duka Hindu Dharma DKI Jakarta Made Sudarta mengatakan, pihaknya hendak menukarkan dua hektare tanah yang diberikan oleh Pemprov DKI untuk pemakaman dengan alat kremasi.
Dua hektare tanah yang berada di Tanjung Priok, Jakarta Utara, disebutnya tidak terpakai lantaran dalam prosesi kematiannya, umat Hindu akan melakukan upacara Ngaben atau kremasi. Setelah dibakar, abu jenazah akan disebar di laut.
"Kami ucapkan terimakasih, karena kami warga Hindu di Jakarta diberikan tanah kuburan seluas kurang lebih 2 hektare di Tanjung Priok. Perlu kami laporkan kepada Bapak tanah 2 hektare itu untuk orang Hindu di Jakarta tidak perlu, jadi kami kembalikan ke Pemprov," ujar Made.
Selama ini, proses kremasi dilakukan oleh umat Hindu dengan menumpang di sebuah tempat di Cilincing, Jakarta Utara. Namun saat ini, Made mengaku, pihaknya sudah memiliki gedung sendiri untuk kremasi di Cilincing. Meski demikian, kata Made, mereka tidak memiliki alat pengabuan tersebut.
"Orang Hindu biasanya Ngaben atau kremasi. Kami sudah punya gedungnya, tapi Pak Gubernur, mesin kremasinya belum ada," tutup dia.
(arh/arh)