Jakarta, CNN Indonesia -- Sekretariat Jenderal DPR belum dapat menaksir kerugian akibat kebakaran di ruang kontrol penyejuk udara, Gedung Nusantara III, Komplek Parlemen, Jakarta, Selasa (14/11).
Sekretaris Jenderal DPR Damayanti mengatakan, kerugian baru dapat dihitung setelah petugas pemadam kebakaran selesai melakukan pemadaman di lokasi.
"Kerugian pasti ada lah. Minimal kaca (yang sempat dipecahkan untuk mempercepat pemadaman)," ujar Damayanti di Komplek Parlemen.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pihak yang akan menghitung kerugian akibat kebakaran tersebut adalah Biro Administrasi Setjen DPR.
Lebih lanjut, Damayanti sendiri mengaku masih terkejut dengan kebakaran yang diduga bersumber dari konsleting Air Handling Unit (AHU) di ruang tersebut.
Pasalnya, saat kejadian dia tengah berada di ruang yang tidak jauh dari lokasi untuk menggelar rapat persiapan sidang Paripurna pada Rabu (15/11).
"Saya lagi rapat untuk persiapan paripurna. Setelah lihat asap banyak kami lari semua," ujarnya.
Sementara itu, ia juga memastikan, tidak ada dokumen yang terbakar karena lokasi kebakaran berada jauh dari ruang rapat Sekjen dan DPR.
"Tidak ada dokumen yang terbakar. Karena ruang itu hanya untuk teknisi," ujar Damayanti.
Kebakaran terjadi di ruang kontrol pendingan ruangan di lantai 2 Gedung Nusantara III DPR, Jakarta, sekitar pukul 11.00 WIB. Peristiwa itu diduga berasal dari terbakarnya AHU di ruang tersebut.
Ratusan pegawai DPR berhamburan ke luar gedung untuk menyelamatkan diri. Berdasarkan keterangan petugas Kepolisian, tidak ada korban jiwa akibat kebakaran tersebut.
Namun beberapa petugas pengamanan dalam (Pamdal) dan pegawai DPR mengalami mual dan muntah-muntah karena menghirup asap saat mencoba memadamkan kobaran api di dalam ruang tersebut.
Sebanyak sepuluh mobil kebakaran dari berbagai lokasi dikerahkan ke lokasi kebakaran.
[Gambas:Video CNN] (wis)