Jakarta, CNN Indonesia -- Sekretaris Jenderal (Sekjen) Partai Golkar Idrus Marham menolak partainya disebut mengalami kiamat menyusul penetapan kembali Setya Novanto sebagai tersangka kasus korupsi e-KTP oleh Komisi Pemberantasan Korupsi.
Idrus justru mengklaim 30 DPD Golkar di seluruh Indonesia tetap solid mendukung Setnov. Puluhan DPD itu juga mendoakan Setya Novanto agar tabah menghadapi masalah hukum yang membelitnya.
"Enggak lah, masa kiamat. Faktanya tanggal 12 lalu itu hampir sekitar 30 DPD Golkar provinsi seIndonesia justru mendoakan pada Setnov agar tabah menghadapi kasus hukumnya," ujarnya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"30 DPD Golkar yang memliki kewenangan untuk menentukan munaslub atau tidaknya, justru memberikan dukungan pada Setnov," imbuh Idrus.
Terkait kekhawatiran Akbar Tanjung selaku Wakil Ketua Dewan Kehormatan Partai Golkar, Idrus menilai hal itu sah-sah saja.
Akbar pada Selasa (14/11), menyoroti kondisi internal partainya usai KPK kembali menetapkan Setya Novanto sebagai tersangka kasus dugaan korupsi e-KTP.
Kepada wartawan dia mengaku prihatin, sedih dan takut kasus yang menjerat Ketua Umum Golkar itu bakal membuat citra dan elektabilitas partai semakin menurun di mata publik.
Untuk menyelamatkan partai, Akbar mengusulkan pergantian tampuk kepemimpinan di pucuk tertinggi partai.
Dia tak menyebut sosok yang ideal menggantikan Setya Novanto. Akbar menyerahkan hal itu pada mekanisme yang berlaku di partai.
"Perbaikan dan perubahan itu dari berbagai aspek yang ada di dalam organisasi. Bahkan kalau memang itu yang kita anggap terbaik untuk Golkar, termasuk perubahan dalam kepemimpinan," kata Akbar.
Bantah Elektabilitas TurunAkbar yang juga pernah menjabat Ketua Golkar itu lantas menyoroti elektabilitas partai yang dia sebut semakin menurun.
Di sisi lain, Idrus tak setuju soal penurunan elektabilitas tersebut dan menyebut hal yang sebaliknya.
Kata Idrus, berdasarkan hasil survei Lembaga Survei Indonesia (LSI) yang belum dirilis, Golkar masih menempati posisi kedua dengan elektabilitas 13,8 persen di belakang Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan.
Angka ini, kata Idrus, mengalami kenaikan dari elektabilitas Golkar sebelumnya yang hanya 11 persen sekaligus menunjukan bahwa dukungan politik terhadap Golkar sangat cair.
"Ternyata hasil survei itu naik, 13,8 bulatkan katakanlah 14. Tetap PDIP 20 sekian golkar 14, setelah itu Gerindra 11. Jadi saya kira dukungan dalam dunia politik praktis itu cair," ujarnya.
(wis/asa)