Jakarta, CNN Indonesia -- Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) mengatakan
Gunung Agung yang terletak di Karangasem, Bali, memasuki fase magmatik setelah sebelumnya dinaikkan statusnya menjadi awas. Fase magmatik adalah erupsi magma yang menghasilkan produk magma seperti abu atau lava.
Kepala PVMBG Kasbani mengatakan, fase magmatik diketahui berdasarkan munculnya sinar merah atau nyala api yang terlihat di atas kawah Gunung Agung.
"Sudah (fase magmatik), di atas kan itu yang warna merah itu kan lava," kata Kasbani kepada
CNNIndonesia.com, Senin (27/11).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kasbani juga menyampaikan terlihatnya sinar merah atau nyala api di atas kawah Gunung Agung menunjukkan magma sudah berkumpul di bibir kawah. Namun, lanjutnya, PVMBG masih belum bisa memastikan kapan letusan magmatik itu akan terjadi.
"Kami pantau secara menerus, ada proses," ujar Kasbani.
PVMBG sebelumnya menaikkan status
Gunung Agung dari Level III (siaga) menjadi Level IV (awas). Status ini adalah yang tertinggi dalam status gunung api.
Kenaikan status tersebut berdasarkan pada data yang diamati oleh PVMBG, yakni kecenderungan peningkatan aktivitas Gunung Agung.
Dalam catatan Badan Nasional Penanggulangan Bencana, erupsi Gunung Agung dengan cahaya merah terjadi pada Minggu (26/11) pukul 22.00 WITA.
Letusan yang disertai sinar api dengan asap kawah berintensitas kuat berwarna kelabu membumbung setinggi 3.000 meter di atas puncak kawah.
PVMBG pun memperluas zona perkiraan bahaya menjadi 8-10 kilometer dari sebelumnya zona bahaya sempat dipersempit menjadi 6-7,5 kilometer.
Sejumlah desa yang masuk dalam zona bahaya
Gunung Agung di antaranya Desa Ban, Dukuh, Baturinggit, Sukadana, Kubu, Tulamben, Datah, Nawakerti, Pipid, Buanagiri, Bebandem, Jungutan, Duda Utara, Amerta Buana, Sebudi, Besakih, dan Pempatan.
[Gambas:Video CNN] (wis/djm)