Jakarta, CNN Indonesia -- Massa yang tergabung dalam Masyarakat Indonesia Peduli Yerusalem akan tetap menggelar aksi unjuk rasa di depan kantor Kedutaan Besar Amerika Serikat, Jakarta, meskipun rencana awal untuk aksi jalan kaki atau
long march batal karena dilarang pihak kepolisian.
Koordinator lapangan aksi Agus Sudarmadji mengatakan, pihak kepolisian hanya memberikan izin kepada kelompoknya untuk aksi terpusat di satu titik, yakni Kedubes AS. Hal itu ditujukan untuk menghindari kemacetan jika
long march dilakukan dari kantor Kedubes Palestina menuju Kedubes AS.
"Karena ada arahan dari Polda Metro Jaya maka kami langsung (aksi) di depan Kedubes Amerika Serikat. Jadi tidak ada
long march dari Kedubes Palestina," ujarnya saat dihubungi
CNNIndonesia.com, Jumat (8/12).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Aksi damai tersebut rencananya dilakukan pada pukul 13.30 WIB. Mereka akan mengenakan pakaian serba putih. Agus mengklaim, massa yang hadir diperkirakan akan mencapai 1.000 orang.
Dia menambahkan, aksi kali ini sebagai wujud penolakan terhadap keputusan Presiden Amerika Serikat Donald Trump yang telah mengklaim sepihak soal Yerusalem sebagai ibu kota Israel.
"Yang penting ada reaksi dari rakyat Indonesia terutama kaum Muslimin yang terpanggil (soal) Yerusalem yang mau diakui semua oleh kaum zionis. Jadi kami berusaha ikut arus penolakan yang dilakukan di berbagai negara," tuturnya.
Sementara Kepala Bidang Hubungan Masyarakat Polda Metro Jaya Kombes Argo Yuwono mengatakan, pengamanan akan dilakukan di sekitar Kedubes AS. Seperti kegiatan unjuk rasa biasanya, aksi hanya boleh dilakukan hingga pukul 18.00 WIB.
Argo enggan menyebutkan jumlah personel yang dikerahkan untuk pengamanan di sekitar Kedubes AS. Namun dia menilai jumlahnya telah cukup. Argo juga memastikan, aksi hanya terpusat di Kedubes AS.
"Iya ada aksi (di Kedubes AS), pengamanan cukup dan situasional. Aksi hanya di Kedubes AS," kata Argo saat dikonfirmasi.
Argo pun menyarankan agar kelompok aksi tidak melakukan
long march karena dapat mengganggu kegiatan publik di jalan raya. "Diharapkan untuk tidak melakukan
long march," tuturnya.
Trump secara resmi telah mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel. Dia menyebut pernyataannya untuk mewujudkan janji kampanye yang selama ini tak pernah diwujudkan presiden-presiden sebelumnya.
"Saya sudah memutuskan bahwa ini waktunya untuk mengakui secara resmi Yerusalem sebagai ibu kota Israel," ujar Trump dalam pidatonya di Gedung Putih, Washington DC, Amerika Serikat, Rabu (6/12).
(pmg/gil)