Jakarta, CNN Indonesia -- Direktur Lembaga Pemilih Indonesia (LPI) Boni Hargens memprediksi pilpres 2019 mendatang bakal menjadi pertarungan antara kubu nasionalis melawan kelompok radikal.
“Pilpres 2019 akan menjadi pertarungan nasionalisme dan radikalisme,” ujar Boni dalam diskusi bertajuk Ke mana Arah Politik Kelompok Radikal di Pilpres 2019 yang dihelat di Hotel Aryaduta, Jakarta, Rabu (13/12).
Boni menyebutkan beberapa alasan yang mendasari asumsi tersebut. Pertama, mengenai kelompok Islamis yang selama ini menentang kepemimpinan Presiden Joko Widodo beserta partai-partai pendukungnya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurutnya, kelompok tersebut bernuansa radikal karena kerap melontarkan wacana NKRI Syariah di berbagai aksinya. Salah satu kelompok yang dimaksud Boni adalah Alumni 212.
Alasan lain yang mendasari asumsi itu adalah ada partai politik yang menunggangi kelompok tersebut. Dia mengatakan, LPI selama ini mengamati gerak-gerak partai politik yang berusaha memanfaatkan kelompok radikal demi mewujudkan kepentingannya.
Baik parpol maupun kelompok radikal, kata Boni, mereka bersatu demi mewujudkan kepentingan masing-masing.
“Parpol ingin meraih kekuasaan di 2019, (sementara) yang radikal ingin mewujudkan mimpi NKRI Syariah,” ucap Boni.
Di sisi yang lain, ada kelompok Pancasilais yang selama ini menolak wacana negara Islam, yaitu kubu pendukung Presiden Joko Widodo.
Boni berpendapat, kaum radikal hanya menginginkan dua kandidat capres pada pilpres 2019, yaitu Jokowi dan calon lain yang dinilai pro Islam. Kaum radikal, kata Boni, ingin Jokowi bertanding langsung atau head to head dengan kandidat capres yang didukungnya.
“Maka tak berlebihan kalau saya simpulkan, membela Jokowi di 2019 adalah membela Pancasila, UUD 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika,” ucap Boni.
(pmg)