Jakarta, CNN Indonesia -- Politikus senior Partai Golkar Fahmi Idris menyebut bahwa mendiang Andi Mappetahang Fatwa alias AM. Fatwa, Anggota DPD RI, adalah sosok pejuang yang konsisten. Maka tak heran jika ia menyuruh anaknya, Fahira Fahmi Idris, yang juga Anggota DPD RI, untuk belajar langsung soal politik kepada Fatwa.
"Dia pejuang yang konsisten. Saya kenal beliau saat masih muda. Kami terlibat pergerakan anti-komunis," ucap Fahmi di rumah duka, Kamis (14/12).
Fahmi mengenal Fatwa sejak tahun 1963 saat sama-sama memperjuangkan gerakan anti-komunisme. Kala itu, ia tergabung dalam Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) dan Fatwa di Persatuan Islam Indonesia (PII). Baginya, almarhum adalah sosok yang patut dicontoh kalangan muda karena gigih memperjuangkan nilai-nilai yang ia yakini lewat berbagai cara.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Saat dipenjara oleh Pemerintahan Orde Baru, Fatwa tidak gentar. Fatwa, kata Fahmi, menganggap itu sebagai konsekuensi perjuangan. "Ya beliau jalani saja. Beliau ketawa saja. Ia anggap sebagai konsekuensi, tak perlu dihiraukan," ungkap dia.
Lantaran kegigihan dan konsistensinya itu, Fahmi pun menyuruh anaknya, Fahira Fahmi Idris, yang juga anggota DPD, untuk belajar banyak kepada Fatwa, yang merupakan Ketua Badan Kehoramatan DPD itu.
"Saya selalu bilang ke Fahira, 'kamu anggap beliau (Fatwa) sebagai guru'. Pak Fatwa pun menganggap Fahira sebagai anaknya sendiri," ucap Fahmi, yang juga mantan Menteri Perindustrian itu.
Melalui akun Twitter, Fahira juga mengakui bahwa Fatwa adalah sosok yang konsisten berjuang dan menjadi ikon perlawanan dan sikap kritis terhadap rezim Orde Lama dan Orde Baru. Di Indonesia, akunya, tokoh seperti Fatwa bisa dihitung dengan jari.
"Jika bicara konsistensi, keberanian, dan bertanggung jawab, Pak AM Fatwa lah orangnya," ia bercicit, dalam akun @fahiraidris.
Menurutnya pula, konsistensi Fatwa itu tercermin dari beragam deraan fisik dan pengekangan kebebasan terhadapnya yang ia jalani dengan keikhlasan. Perjuangan Fatwa itu, katanya, adalah demi melihat Indonesia menjadi negara yang demokratis.
"Dia rela kehilangan sebagian besar umurnya di penjara demi melihat Indonesia menjadi negara besar yang demokratis," ucap dia. "Setiap rezim berubah menjadi otoriter, Pak Fatwa-lah tokoh yang berada paling depan melawan," imbuh Fahira.
AM. Fatwa, yang juga salah satu pendiri PAN, meninggal dunia pada pada Kamis (14/12) pagi, di Jakarta. Ia meninggalkan seorang istri dan lima orang anak. Menurut keluarga, mendiang Fatwa menderita penyakit liver stadium 4. Jenazah rencananya akan disalatkan di rumah duka dan dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata usai salat Zuhur.
(arh/arh)