Jakarta, CNN Indonesia -- Kepergian Andi Mappetahang Fatwa meninggalkan luka mendalam bagi teman seperjuangannya, Agus Dwi Karna. Pria yang pernah ditahan di Filipina dengan tuduhan membawa bahan peledak di Bandara Manila pada 2002 itu menceritakan kenangan bersama mendiang kepada CNNIndonesia.com.
Sambil menahan air mata, Agus menceritakan kenangan-kenangan dengan sahabatnya tersebut. Pendiri Komite Persiapan Penegakan Syariat Islam (KPPSI) ini mengenal Fatwa saat keduanya berjuang melawan rezim Orde Baru.
"Saya mulai kenal dengan almarhum saat perjuangan. Saat itu kami melakukan perjuangan untuk umat, untuk bangsa Indonesia," tuturnya kepada CNNIndonesia.com saat ditemui di rumah duka, Kamis (14/12).
Agus mengatakan, momen paling berkesan bersama anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) itu adalah saat mereka berjuang pada masa Orde Baru. Saat itu Fatwa ditahan karena mengikuti Petisi 50 yang menuntut Pemerintahan Soeharto.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Agus mengatakan, Fatwa merupakan sosok yang sangat gigih. Dia tak pernah memperlihatkan kemarahan, termasuk pada lawan politiknya.
"Saya tahu penderitaan dan penyiksaan beliau selama perjuangan. Beliau tak pernah menyerah. Tidak dendam, tidak memperlihatkan kemarahan meskipun pada lawan politiknya," ucapanya dengan suara yang memberat.
Agus mengatakan Fatwa tidak pernah sungkan menolong orang lain meski dirinya sendiri dalam kesusahan. Agus mengingat saat Fatwa mengunjungi dirinya ketika ditahan di Filipina.
Saat itu, Fatwa menjabat Wakil Ketua DPR RI. Fatwa rela berkunjung ke Filipina untuk memberi dukungan moral pada Agus.
"Padahal saat itu, semua orang berpaling. Beliau bela-belain datang dengan biaya sendiri karena dilarang mengunjungi saya," katanya.
Fatwa juga mengunjungi keluarga Agus di Makassar. Ia memberi dukungan moral kepada istri dan anak-anak Agus.
"Mana ada pejabat mau menemui tahanan yang hanya orang biasa? Sulit mencari orang seperti ini di Indonesia," lanjutnya.
Agus mengatakan ia mengunjungi Fatwa saat dalam perawatan di Rumah Sakit MMC Jakarta dua minggu lalu. Ia berkata saat itu almarhum berusaha terlihat baik-baik saja, meski badannya terlihat lemas.
Meski tidak pernah menceritakan soal penyakitnya pada keluarga, Fatwa sering bercerita tentang penyakit pada Agus.
"Tapi tidak pernah mau terlihat sakit itu. Padahal beberapa kalo bagaimana berjalan tertatih. Kadang saya minta beliau istirahat, tapi dia bilang, 'Penderitaan di penjara lebih berat daripada seaat ini," Agus menuturkan.
Saat ini jenazah mendiang Fatwa sudah sampai pada rumah duka di kawasan Pejaten, Jakarta Selatan sejak pukul 11.20. Jenazah sedang disalatkan di rumah duka. Salat jenazah dilakukan beberapa gelombang mengingat banyaknya orang yang ingin menyalatkan beliau.
Meninggalnya AM Fatwa rupanya juga menjadi pukulan besar bagi Wakil Gubernur DKI Jakarta Sandiaga Uno. Pasalnya, Fatwa telah dia anggap sebagai mentor dan guru seumur hidup di bidang politik.
“Saya benar-benar merasa kehilangan. Beliau adalah sosok yang merupakan panutan, idola dan mentor saya. Saya berinteraksi panjang dan lama dengan beliau,” kata Sandi di Balai Kota, Jakarta, Kamis (14/12).
Di mata Sandi, AM Fatwa adalah sosok yang patut dihormati. AM Fatwa dikatakan Sandi, telah banyak memberikan pelajaran terkait memperjuangkan hak-hak masyarakat saat dirinya mengabdikan diri sebagai politikus.
“Di mata saya beliau adalah sosok pejuang sejati, sampai di penjara beliau tetap berjuang,” katanya.
Mantan Wakil Ketua MPR itu diakui Sandi menjadi salah satu sosok pendukung program Oke Oce yang digagas sehingga bisa berjalan.
“Saya masih ingat dan tentunya terimakasih sekali sama beliau, program oke oce itu lahir di tempat beliau. Beliau juga yang mendorong program ini terlaksana,” kata Sandi.
(lav)