Jakarta, CNN Indonesia -- Wakil Ketua DPR Fahri Hamzah menyatakan, mendiang anggota DPD RI Andi Mappetahang (A.M.) Fatwa merupakan seorang tokoh politik yang namanya melegenda. Menurutnya, Fatwa berperan penting dalam sejumlah momentum politik sejak era Orde Lama hingga reformasi.
"Waktu tiba di Jakarta, Saya sudah mengenal beliau sebagai tokoh yang melegenda. Beliau terlibat dalam peristiwa-peristiwa pada masa lalu," ujar Fahri dalam pesan singkat, Kamis (14/12).
Fahri menuturkan, mengenal Fatwa secara baik karena sama-sama berasal dari Sumbawa dan tokoh Bugis di Jakarta. Sejak tiba di Jakarta, Fahri mengklaim, menjadi saksi peran Fatwa dalam sejumlah momentum politik.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lebih lanjut, Fahri berkata, Fatwa merupakan tokoh Islam yang aktif berorganisasi dan kritis terhadap pemerintah. Bahkan keaktifannya tersebut sempat membuatnya dipenjara selama hampir 12 tahun pada masa Orde Baru.
"Beliau termasuk yang dipenjara lama karena tuduhan-tuduhan politik di masa lalu," ujarnya.
Salah satu momen yang paling berkesan bagi Fahri, ketika bersama almarhum, Amien Rais, dan almarhum Adi Sasono yang kala itu berada di ICMI menggagas reformasi.
Bahkan, Fahri mengklaim bersama Fatwa dan Amien Rais bersama-sama dari kediaman mantan Menteri Agama Malik Fadjar, meninjau Monas yang akan dijadikan lokasi aksi unjuk rasa.
Kunjungan ke Monas batal karena personel militer dan sejumlah peralatan tempur sudah mengambil alih kawasan Monas.
"Kami bertiga dengan Pak Amien naik mobil Pak Fatwa, kijang berwarna putih. Setelah melihat monas yang dipenuhi alat persenjataan berat kami kembali ke Menteng dan memutuskan untuk membatalkan aksi damai keesokan harinya yang ternyata malah pak Harto (Suharto) mengundurkan diri 21 Mei 1998," ujarnya.
Hubungan Fahri dan Fatwa bukannya tanpa perbedaan. Dalam pandangan terkait KPK, Fahri mengklaim berseberangan dengan Fatwa. Tetapi hal itu tak membuat hubungannya dengan Fatwa menjadi renggang.
Fahri mengatakan, ketegangan dengan Fatwa sempat terjadi dalam sebuah acara televisi, beberapa waktu lalu, namun langsung diselesaikan secara kekeluargaan, usai acara.
"Saya ada perbedaan pendapat tentang KPK sampai beliau sangat marah. Tapi entah mengapa pada hari berikutnya beliau mengirim surat meminta maaf, dan saya pun bertamu," ujarnya.
Fahri menambahkan, Fatwa juga sempat bertanya soal nasib politiknya di PKS. Namun, ia berkata tidak ada hal spesifik dalam membahas hal tersebut.
Lebih dari itu, ia turut berduka atas meninggalnya Fatwa.
"Selamat Jalan Pak Fatwa. Kami semua pasti menyusulnmu," ujar Fahri.
Fatwa di Mata Ketua MPRKetua Majelis Permusyawaratan Rakyat RI Zulkifli Hasan menyatakan kagum atas prinsip dan pendirian teguh mendiang Fatwa. Ia menyebut Fatwa sebagai tokoh yang konsisten dan menginspirasi.
"Beliau adalah tokoh teladan, kami semua kehilangan tokoh yang konsisten yang telah memberikan inspirasi dan tokoh tauladan bagaimana berjuang dan bagaimana jadi politisi," ujar Zulkifli saat mendatangi rumah duka di Kompleks Bappenas, Pejaten, Jakarta Selatan, pada Kamis (14/12).
Ketua Partai Amanat Nasional itu juga menyebut Fatwa sebagai orang tua dan idolanya.
Menurut Zulkifli, Fatwa layak dijadikan panutan karena teguh dalam memperjuangkan apa yang ia yakini.
Fatwa, 78 tahun, mengembuskan nafas terakhir pada Kamis (14/12) pagi, di rumah sakit MMC, Jakarta.
Zulkifli mengaku sempat mengunjungi Fatwa pada Rabu (13/12) malam atau sehari sebelum Fatwa meninggal dunia.
Saat itu menurut Zulkifli, Fatwa tidak terlalu terlihat sakit. Bahkan mereka sempat mendiskusikan beberapa hal penting. Namun Zulkifli merahasiakan pokok pembicaraan saat itu.
Ia meminta rakyat Indonesia untuk mendoakan kepergian Fatwa agar diterima di sisi Tuhàn Yang Maha Esa.
"Selamat jalan pak Fatwa," ucap Zulkifli sebelum menyalati mendiang AM Fatwa.
(wis/gil)