Cerita Eks Direktur KPK Putuskan Dampingi Bima Arya di Bogor

Feri Agus Setyawan | CNN Indonesia
Jumat, 29 Des 2017 18:59 WIB
Eks Direktur KPK, Dedie A Rachim, yang dipinang Bima Arya untuk ikut dalam Pilwalkot Bogor mengaku menjalin komunikasi selama dua pekan sebelum memutuskan ikut.
Eks Direktur KPK, Dedie A Rachim (kanan), yang dipinang Bima Arya (kiri) untuk ikut dalam Pilwalkot Bogor mengaku menjalin komunikasi selama dua pekan sebelum memutuskan ikut. (Dok. Istimewa)
Jakarta, CNN Indonesia -- Eks Direktur Pembinaan Jaringan dan Kerja Sama Antar Komisi dan Instansi Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Dedie A. Rachim telah menerima pinangan Wali Kota Bogor petahana Bima Arya Sugiarto untuk maju dalam Pemilihan Wali Kota Bogor 2018.

Bima meminang Dedie sebagai calon Wakil Wali Kota Bogor dalam Pilkada serentak yang digelar tahun depan. Untuk itu, Dedie pun mengirimkan surat pengunduran diri dari kepegawaian KPK kemarin, dan telah direstui pimpinan lembaga antirasuah hari ini.

Dedie bercerita mengenai proses komunikasi dirinya dengan Bima sehingga menerima pinangan politikus Partai Amanat Nasional (PAN) tersebut. Dedie mengaku dirinya hanya butuh dua minggu berkomunikasi dengan petahana Wali Kota Bogor itu sebelum memutuskan untuk menerima pinangan tersebut. 

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Kalau ditanya berapa lama, mungkin hitungannya enggak lebih dari dua minggu terakhir. Jadi satu minggu terakhir itu intens, seminggu sebelumnya basa-basi," kata Dedie saat berbincang dengan CNNIndonesia.com, Jumat (29/12).


Sebagai seorang profesional yang berkarier di KPK sejak 12 tahun silam, Dedie mengaku keputusan untuk ikut berpolitik dalam kancah pemilihan kepala daerah merupakan pilihan berat.

Atas dasar itu, sebelum memutuskan menerima pinangan Bima, Dedie yang mengaku hanya bertemu muka sekali dengan sang petahana dalam komunikasi tersebut mengajukan syarat.

"Pertemuan sekali, tapi kita memberikan syarat dong. Saya bilang begini pastikan dulu, saya ini kan karier, kemudian apakah partai pendukung itu merestui," ujar dia.

"Mungkin di pihak pak Bima sudah melakukan komunikasi dengan mereka (partai politik). Dan pada akhirnya karena ke sana ke sini (partai politik) tidak ada kesepakatan, saya kan neggak ada beban. Kalau saya tinggal ada di sayanya," imbuh Dedie.


Bangun Kampung Halaman

Saat ditanya alasan akhirnya Dedie A Rachim menerima pinangan Bima, sang pejabat KPK itu menjawab sebagai bentuk tanggung jawab kepada Bogor. Sebagai sosok yang besar, menempuh pendidikan, hingga menetap saat ini, Dedie mengaku terpanggil untuk turut membangunnya. Pria yang sudah menjabat sejumlah posisi di KPK itu bersekolah di Bogor dan orang tuanya selama ini tinggal di Bogor.

Lebih lanjut, Dedie merasa tertantang untuk membangun pemerintah daerah yang bersih dan lebih baik lagi.

"Saya pikir ini jadi sebuah tantangan yang laik untuk diperjuangkan, itu saja," ujarnya.

Jika terpilih, Dedie menyatakan akan membawa pengalaman yang selama ini didapatnya di KPK untuk diimplementasikan dalam memimpin Kota Bogor.

"Tapi saya melihatnya, tentu yang namanya pengalaman saya di KPK, insyaallah ada yang bisa dibawa untuk juga ikut membenahi pemerintah daerah. Sederhananya gitu aja" tuturnya.

Cerita Eks Direktur KPK Putuskan Dampingi Bima Arya di BogorPenduduk Kota Bogor akan mencari kepala daerah untuk era kepemimpinan baru dalam rangkaian Pilkada Serentak 2018. (CNN Indonesia/M. Arby Rahmat Putratama H)

Sebelumnya, Bima Arya mengatakan alasan dirinya memilih Dedie A Rachim untuk maju dalam Pilwalkot Bogor 2018.

"Kang Dedie sosok yang profesional dan berintegritas," kata Bima kepada CNNIndonesia.com, Jumat (29/12).

Bima yang merupakan Wali Kota Bogor petahana berharap, sosok Dedie bisa menguatkan dan melanjutkan reformasi birokrasi di kota satelit ibu kota Republik Indonesia tersebut. Bima dan Dedie akan bersama-sama mengabdi untuk warga Kota Hujan untuk lima tahun mendatang.

"Insyaallah sosok yang dibutuhkan warga Bogor untuk melanjutkan reformasi birokrasi. Bersama-sama saya mewujudkan pemerintahan yang bersih, mengabdi, dan melayani," tuturnya. 


Untuk mendaftarkan diri sebagai bakal calon kepala daerah Kota Bogor, sesuai dengan Peraturan KPU Nomor 3 Tahun 2017, parpol atao koalisi pengusung harus memiliki setidaknya 20 persen dari jumlah kursi DPRD atau 25% dari akumulasi perolehan suara sah parpol peraih kursi di DPRD dalam Pemilu Terakhir.

Jumlah kursi parlemen di DPRD Kota Bogor adalah 45, maka syarat dukungan minimal adalah 9 kursi. PAN saat ini memiliki 3 kursi di DPRD Kota Bogor. Atas dasar itu, untuk bisa terdaftar sebagai calon kepala daerah kota Bogor pasangan Bima-Deddie itu harus mendapatkan dukungan enam kursi DPRD lagi. Dengan kata lain, PAN harus mencari mitra koalisi dalam pemilu di Kota Hujan tersebut.

Selain PAN, postur kursi di DPRD Kota Bogor saat ini adalah PDIP (8), Golkar (6), Gerindra (6), PKS (5), PPP (5), Demokrat (5), Hanura (4), NasDem (1), PKB (1), dan PBB (1).

Saat ini, menurut Bima, pihaknya tengah menggalang dukungan sejumlah partai politik, termasuk PAN yang merupakan partainya. 

"Dukungan partai sedang berproses. Insyaallah mencukupi. Mohon doanya ya," ujar Bima berharap majunya ia bersama eks Direktur KPK itu berjalan lancar. (wis/kid)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER