Operasi Tinombala Diperpanjang Meski Kapolda Berganti

Martahan Sohuturon | CNN Indonesia
Jumat, 12 Jan 2018 19:37 WIB
Pergantian Kapolda Sulteng disebut tak mengganggu Operasi Tinombala karena pejabat baru langsung mengisi posisi penanggungjawab operasi.
Pasukan Brimob ynag dikirim untuk bantuan Operasi Tinombala, 2017. Operasi ini disebut tak terganggu dengan pergantian posisi Kapolda Sulteng. (Foto: ANTARA FOTO/Sahrul Manda Tikupadang)
Jakarta, CNN Indonesia -- Operasi Tinombala di Poso, Sulawesi Tengah, kembali diperpanjang hingga Maret 2018 untuk memburu sebanyak tujuh orang terduga teroris anggota kelompok pimpinan Santoso, Mujahidin Indonesia Timur (MIT), yang tersisa.

Kepala Bidang Hubungan Masyarkat (Kabid Humas) Polda Sulawesi Tengah Ajun Komisaris Besar Hadi Suprapto mengatakan, operasi ini tidak terganggu dengan proses mutasi Brigadir Jenderal Rudy Sufahriadi. Rudi adalah Penanggung Jawab Komando Operasi (PJKO), dari jabatan Kapolda Sulawesi Tengah, dan kini menjadi Komandan Korps Brigade Mobil (Dankor Brimob) Polri.

Menurutnya, PJKO akan diemban oleh Brigjen I Ketut Argawa yang telah dilantik menggantikan Rudy sebagai orang nomor satu di Polda Sulteng, pada Kamis (11/1) kemarin.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

“Operasi masih terus berjalan dengan pola preventif mengedepankan Babinkamtibmas (Bhayangkara Pembinaan Keamanan dan Ketertiban Masyarakat).Tujuannya, supaya terus mendekat dengan masyarakat dan mencegah pelaku masuk ke masyarakat,” kata Hari, di Mabes Polri, Jakarta, Jumat (12/1).

Langkah memperpanjang Operasi Tinombala telah dilakukan berulang kali, sejak berjalan pada Januari 2016 silam. Saat itu, operasi ini digelar untuk memburu 41 orang teroris kelompok MIT.

Hari menambahkan tujuh anggota kelompok MIT yang tersisa saat ini tengah bersembunyi hutan Gunung Biru, Taman Jeka, Poso. Dia memperkirakan, tujuh orang itu menguasai satu senjata organik jenis baby M-16, beberapa senjata rakitan, dan bom rakitan.


Menurutnya, nama tujuh orang anggota kelompok MIT itu adalah Ali Muhammad alias Ali Kalora alias Ali Ambon, Muhammad Faisal alias Namnung alias Kobar, Qatar alias Farel, Nae alias Galuh, Basir alias Romzi, Abu Alim, dan Kholid.

Ia melanjutkan, satu batalyon gabungan anggota TNI dan Polri tengah memantau pergerakan tujuh anggota kelompok MIT tersebut. “Kami harap mereka yang tersisa itu mau turun gunung karena kita masih mengejar dan terus melakukan penyekatan," imbuhnya.

Meski hanya tersisa tujuh orang, lanjut hari, pergerakan anggota kelompok MIT tersisa itu tetap berbahaya.


Dia mengatakan, insiden teror terakhir yang diduga didalangi anggota kelompok MIT tersisa adalah penembakan seorang petani bernama Simson alias Suju (30) yang tengah mengambil durian di kebunnya, pegunungan Pora, Desa Parigimpu, Sausu, Kabupaten Parigi Moutong pada Agustus 2017 lalu.

Diketahui, periode Operasi Tinombali berlangsung selama tiga bulan. Operasi terakhir berlangsung hingga 31 Desember 2017. Operasi ini kemudian diperpanjang pada awal tahun 2018. (arh/asa)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER