Oso Dipecat karena Terbitkan SK Ganda dan Pungut Mahar

Abi Sarwanto & Dhio Faiz Syarahil | CNN Indonesia
Senin, 15 Jan 2018 16:08 WIB
Pemecatan terhadap Oesman Sapta Udang dari posisi Ketua Umum Partai Hanura disebabkan oleh penerbitan SK ganda dan pungutan mahar Pilkada.
Ketua Umum Partai Hanura Oesman Sapta Odang (Oso), di Jakarta, Senin (15/1). Ia disebut kerap membuat SK sepihak dengan memungut mahar dalam pencalonan kepala daerah. (Foto: CNN Indonesia/Feri Agus Setyawan)
Jakarta, CNN Indonesia -- Wakil Sekretaris Jenderal Partai Hanura Dadang Rusdiana mengungkapkan, salah satu alasan pemecatan Ketua Umum Partai Hanura Oesman Sapta Odang (Oso) adalah karena ia kerap menerbitkan Surat Keputusan (SK) ganda dan memungut uang mahar bagi calon kepala daerah.

SK ganda itu muncul akibat perubahan keputusan pengusungan calon kepala daerah dalam waktu singkat.

"Dia sudah buat SK (Surat Keputusan), dibuat dengan Sekretaris Jenderal (Sekjen). Kemudian esoknya dia cabut lagi SK itu, diambil, dan diminta kepada Sekjen (Partai Hanura Sarifuddin Sudding) untuk menandatangani SK yang berbeda. Ya Sekjen menolak, karena malu dong," kata Dadang, di Hotel Ambhara, Jakarta, Senin (15/1).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Padahal, kata Dadang, kedua belah pihak sudah membayar mahar politik untuk pencalonan kepada partai. Imbas pembatalan SK itu, lanjut Dadang, memicu keributan yang mencoreng nama Partai Hanura.

"Ini kan aib ya. Mahar diambil, SK nya diganti, maharnya tidak dikembalikan. Ini kan sudah mencoreng Partai Hanura," cetus dia.

Dadang memberi contoh Pilkada Purwakarta. Persoalan tersebut membuat gaduh Dewan Pimpinan Cabang (DPC) setempat. Pasalnya, DPC berpegang pada SK yang ditandangani Ketua Umum, namun ada calon lain yang mendaftar dengan SK yang berbeda.

Dadang menyebut persoalan serupa terjadi di Garut, Kabupaten Luwu, Tarakan, dan sejumlah daerah yang diklaim memiliki SK ganda.

"Jadi ini sudah malu kami. Jadi kami menyandang hati nurani tapi pada kenyataannya kami jauh dari hati nurani," ucap dia.

Dadang mengatakan, pihaknya mempersilakan Oso melakukan perlawanan. Sebab, mosi tidak percaya atau penonaktifan sudah sesuai dengan mekanisme Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga (AD/ART) Partai Hanura.

"Mekanismenya, berdasarkan Pasal 16 AD ART, di dalam situasi khusus, DPP bisa memberhentikan Ketua Umum. Dan nanti ditindaklanjuti oleh Dewan Pembina," terangnya.

Dewan Pembina dan Dewan Penasihat Partai Hanura, lanjut Dadang, sudah mengetahui dan ikut hadir dalam rapat pengambilan keputusan ini. Rapat ini disebut juga berdasarkan keinginan mayoritas DPD.

Ketua Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Hanura Benny Ramdhani sebelumnya telah membantah soal tudingan keputusan sepihak dari OSO maupun permintaan mahar dalam setiap dukungan terhadap calon kepala daerah.

(arh/gil)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER