Jakarta, CNN Indonesia -- Gedung tinggi dengan tembok-tembok berwarna hitam dan abu-abu menjadi pemandangan baru dalam kompleks markas Polda Metro Jaya. Gedung yang disebut sebagai Gedung Promoter itu diresmikan hari ini, Jumat (19/1).
Gedung itu dibangun sejak Desember 2004 lalu. Selama 13 tahun, gedung setinggi 23 lantai terhambat pembangunannya.
Kapolda Metro Jaya Inspektur Jenderal Idham Azis mengatakan pembangunan gedung tersebut diprakarsai oleh Irjen Firman Gani, Kapolda Metro Jaya era 2004-2006.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Firman dikenal sebagai penggagas Detasemen Khusus 88 (Densus 88) bersama Jenderal Tito Karnavian yang saat itu masih berpangkat AKBP.
"Gedung ini akan menjadi tambahan motivasi bagi kami jajaran Polda Metro Jaya. Melalui pergantian tujuh Kapolri baru gedung ini bisa dimulai," ujar Idham dalam pidatonya di Polda Metro Jaya.
Kapolri Jenderal Tito Karnavian mengungkapkan kendala utama hingga pembangunan gedung terbengkalai belasan tahun terletak pada persoalan anggaran.
"Inilah gedung pencakar langit yang cukup signifikan. Cukup lama tidak selesai dan memang kendala di masalah anggaran," ujar Tito dalam pidatonya.
Tito mengklaim pembangunan gedung berhasil diselesaikan lantaran ruang fiskal yang melonjak cukup baik sejak 2014-2017.
Dari lonjakan fiskal itu pihak kepolisian berhasil mencicil pembayaran pembangunan gedung.
Tito juga menceritakan awal mula pembangunan gedung.
Kata dia, gedung tersebut dibangun karena maraknya kasus teror bom. Awalnya gedung itu disebut Gedung Densus, namun seiring perkembangan zaman berubah menjadi Gedung Promoter.
Promoter merupakan kepanjangan dari profesional, modern dan terpercaya. Tito menyebut Gedung Promoter sesuai dengan visi dan misi Polri.
Tito pun membandingkan gedung tersebut dengan kantor kepolisian di London. Dia mengklaim gedung baru milik Polri itu lebih bagus daripada negara lain.
"Gedung ini kita melihat sebagai salah satu modernisasi kita dan tidak kalah dengan gedung kantor di luar negeri, apalagi di Skotlandia, London, ini saya yakin lebih rapi. Bapak-bapak bisa lihat marmer semua, jadi rapi," tuturnya.
Mendinginkan Isu Pilkada Nantinya, kata Tito, gedung baru tersebut akan digunakan untuk beberapa direktorat reserse Polda Metro Jaya.
Sementara untuk gedung-gedung yang tidak terpakai akan digunakan untuk monitoring center karena ruang TMC Mabes Polri yang sudah sempit. Tujuannya adalah untuk mendinginkan isu-isu pilkada.
"Untuk gedung yang lama perintah Idham (Kapolda) harus dikosongkan untuk monitoring center. Akan ada beberapa satgas di antaranya satgas nusantara untuk mendinginkan isu terkait masalah Pilkada sehingga kita harapkan dengan pendinginan isu Pilkada tidak ramai," ucapnya.
Pembangunan Gedung Promoter akan diikuti pembangunan infrastruktur lain, terutama untuk meminimalisir kemungkinan masuknya penyusup ke markas Polda Metro Jaya.
Tito mengakui kawasan Polda Metro Jaya rentan akan penyusup hingga pelaku teror. Hal itu karena bebasnya masyarakat selain polisi yang keluar masuk Polda Metro Jaya.
Dia mencontohkan, salah satunya, ruangan Kapolda yang rentan disusupi pelaku teror.
Atas dasar itu, kata Tito, pihaknya berencana membuat lahan parkir yang mewajibkan pengguna kendaraan menyertakan kartu identitas.
"Pelaku teror mungkin bisa saja menaruh bom di samping gedung kapolda karena tidak terdeteksi, sehingga jalan keluarnya membangun gedung parkir di samping BPMJ, setelah itu akan ditutup dengan pagar sehingga semua yang masuk bertamu akan meninggalkan ID kecuali anggota (kepolisian)," kata Tito.
(wis/gil)