RS Khodijah Surabaya Bantah Perawat Suntik Pasien Meninggal

CNN Indonesia | CNN Indonesia
Selasa, 30 Jan 2018 18:45 WIB
Rumah sakit Siti Khodijah menyebut video yang viral soal perawat menyuntik mayat adalah hoax sehingga akan mengambil langkah hukum pada pembuat dan penyebarnya.
RS Siti Khodijah Surabaya bantah ada tindakan penyuntikan oleh perawatnya pada pasien yang sudah meninggal. (Detikcom/Deny Prastyo Utomo)
Surabaya, CNN Indonesia -- Rumah Sakit Siti Khodijah, Surabaya membantah ada perawat rumah sakit tersebut menyuntik pasien yang sudah meninggal. Melalui kuasa hukumnya, Masbukhin, mereka mengatakan video yang tersebar melalui media sosial adalah berita bohong atau hoax.

"Saya katakan, isu tentang perawat menyuntik mayat itu tidak benar. Kami pastikan 100 persen bohong alias hoax," kata Masbukhin di RS Siti Khodijah, Surabaya, Selasa (30/1).

Ia mengatakan, ada upaya sistematis dan terstruktur pembuatan dan penyebaran video tersebut untuk mencemarkan nama baik RS Siti Khodijah dan menarik simpati masyarakat melalui media sosial.

Masbukhin tak menampik jika masih ada pelayanan yang kurang prima terhadap pasien. Alasannya, jumlah pasien yang masuk dengan jumlah tenaga kesehatan tidak sebanding.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Meski begitu, tidak ada yang namanya penelantaran. Semua pasien tertangani dengan baik, dengan tingkat kepuasan yang sangat baik pula," katanya.

Dalam kesempatan ini, RS Siti Khodijah meminta masyarakat agar tidak terpengaruh dengan berita-berita yang sedang beredar tersebut.

Ia juga menuding pria berinsial DH yang membuat dan menyebarkan video tersebut sempat memberi ancaman pada suster jaga dengan kalimat “Saya rekam nanti ya, saya kalah enggak apa-apa, yang penting namanya rumah sakit jelek”.

Menurut Masbukhin, video itu dibuat secara arogan dan tidak natural. Tidak ada rasa berkabung, padahal korban yang meninggal adalah ibunya sendiri.

"Nanti akan kami kaji melalui digital forensik dengan para ahli. Karena kami menilai video itu tidak original," ujarnya.

Bahkan, pihak rumah sakit berencana menuntut balik DH (41) dengan tuduhan pelanggaran Undang-undang Informas dan Transaksi Elektronik karena secara sengaja menyebar berita bohong.

Video keluarga pasien yang marah pada dokter dan perawat sebuah rumah sakit beredar di media sosial. Abu Daud Hamzah mengaku sebagai pembuat dan penyebarnya.

Menurutnya, kejadian bermula saat ibunya, Supariyah dibawa ke RS Siti Khodijah pada 20 Desember 2017 pukul 04.30 WIB dengan keluhan pusing dan mual.

Di rumah sakit, Supariyah langsung ditangani dokter jaga di unit gawat darurat dengan diberi suntikan dan resep obat. Namun kondisi Supariyah tak juga membaik, malah meburuk.

“Kemudian saya dan beberapa saudara membawa kembali ke RS Siti Khodijah," kata Daud.

Pada kedatangan yang kedua di rumah sakit itu, Daud dan keluarga ditolak oleh pihak RS dengan alasan kamar sudah penuh. 

Kakak Daud, Faisal, lantas menjelaskan kepada petugas penerima pasien bahwa ibunya adalah pasien umum bukan peserta BPJS Kesehatan.  Ia menyatakan pihak keluarga siap membayar berapa pun biayanya asal ibunya bisa segera ditangani. 

Supariyah kemudian dirawat di ruang Paviliun Multajam nomor 8, sekitar pukul 11.30 WIB. Petugas RS kemudian menginformasikan bahwa dokter yang menangani adalah dokter Zakaria spesialis penyakit dalam dan dokter Hamdan spesialis saraf. 

Hari pertama di ruang Paviliun Mulktajam, Supariyah tidak mendapatkan penanganan dari dokter. Dia baru ditangani oleh dokter Zakaria keesokan harinya atau pada 21 Desember. 

Dalam pemeriksaan tersebut, kata Daud, dokter Zakaria mengatakan bahwa Supariyah mengalami gangguan di sarafnya sehingga tidak mau menerima makanan. 

Namun dokter Hamdan selaku spesialis syaraf, tak kunjung menangani Supariyah. Padahal, ada jadwal kunjungan dokter Hamdan untuk memeriksa pasien pada Pukul 19.00 WIB, Pukul 21.00 dan Pukul 23.00 WIB.

"Diduga dokter Hamdan tidak bisa memeriksa ibu karena sibuk memeriksa pasien di lantai bawah," kata Daud yang mendapatkan informasi dari suster yang bertugas di ruangan Paviliun Multajam nomor 8.

Dalam kondisi kritis itu, Daud mengatakan, ibundanya hanya mendapat suntikan dari suster yang bertugas. Puncaknya, sekitar pukul 20.00 WIB, Daud bersama kakaknya yang bernama Hajar menyatakan keberatan kepada suster piket. 

"Tolong sampaikan kepada pimpinan anda, dokter Hamdan. Apabila terjadi apa-apa kepada ibu saya sebelum dokter datang, kalian semua saya tuntut," ucap Daud kepada suster piket.

Dokter Hamdan juga tak kunjung datang hingga pukul 21.00 WIB, di sisi lain suster masih melakukan penyuntikan tanpa pengecekan terlebih dulu terhadap pasiennya. 

"Saya semakin penasaran dikarenakan ibu saya disuntik, kok, tidak bergerak sama sekali," ujar Daud. 

"Dengan berbekal pengalaman sederhana, saya dan saudara memegang pergelangan tangan Ibu saya yang kanan dan kiri, ternyata sudah tidak ada denyut nadinya," katanya.

Daud beserta keluarga lalu menyatakan protes kepada rumah sakit hingga membuat suasana Paviliun Multajam nomor 8, malam itu menjadi ramai.

"Dari situ, tidak lama kemudian sosok dokter Hamdan yang sekaligus direktur Rumah Sakit Siti Khodijah, muncul. Terjadi ribut, perang mulut antara keluarga saya dengan dokter Hamdan dan terekam video," kata Daud. (dik/sur)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER