Jakarta, CNN Indonesia -- Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) akan menerbitkan materi khotbah atau ceramah keagamaan di masa pilkada. Tujuannya, menghindari politisasi agama serta menciptakan suasana pilkada yang sejuk.
"Kami ingin agar tidak ada upaya mengiring opini atau mengarahkan [dukungan] kepada salah satu paslon lagi saat pilkada, kami ingin khotbah dari pemuka-pemuka agama itu menyejukan bagi semua," kata Anggota Bawaslu Rahmat Bagja pada CNNIndonesia.com, Kamis (8/2).
Baginya, khotbah seharusnya membawa masyarakat ke arah yang lebih baik, bukan mengarahkan untuk memilih pasangan calon tertentu atau menggiring opini tentang salah satu kandidat di pilkada.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selain itu, menurutnya, tempat ibadah sepatutnya tidak digunakan sebagai lokasi berpolitik untuk menarik simpati publik dan meraih kemenangan.
"Kampanye harus anti-politik identitas dan isu SARA. Jangan sampai gereja masjid jadi pusat politik ya. Ini tidak kita harapkan, pusat politik boleh tapi yang mencerdaskan lah bukan memihak dan mengarahkan untuk memilih satu paslon," tutur dia.
Hal ini tak lepas dari pengalaman Pilkada DKI 2017 yang lekat dengan isu SARA.
"Dulu kedengaran dari rumah ibadah, ceramah di sana-sini soal pilkada, soal kafir. Ini ke depannya kita usahakan tidak ada lagi yang seperti itu," kata Bagja.
 Ustaz Abdul Somad, di Gedung Sarana Jaya, Jakarta, Kamis, 28 Desember 2017. Ia sempat menuai kontroversi dengan ceramahnya, walau kemudian tidak terbukti radikal.(Foto: CNN Indonesia/Safir Makki) |
Rencananya, Bawaslu akan berkonsultasi dengan sejumlah pemuka agama dari organisasi-organisasi keagamaan terkait upaya Bawaslu ini.
Di antaranya, Nahdlatul Ulama (NU) Muhammadiyah, Majelis Ulama Indonesia (MUI), Konferensi Waligereja Indonesia (KWI), dan Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (PGI).
"[Materi ceramah] ini tak hanya [untuk] umat Islam. Selebaran di misa untuk dibaca peserta misa yang berkaitan dengan pilkada, bagaimana memilih, bagaimana menjalankan pilkada yang aman damai tentram," jelas Rahmat.
Ia mengaku mengaku telah mengutarakan wacana ini kepada Ketua Umum PBNU dan PP Muhammadiyah dan telah mendapat lampu hijau.
Di tempat yang sama, Ketua PBNU Robikin Emhas menolak rencana Bawaslu tersebut. Hal itu dinilai malah akan menimbulkkan resistensi dari pemuka agama.
"Bukan kapasitas Bawaslu untuk mengatur isi khotbah, apalagi jika sampai di detail draf khotbah seperti apa yang direncanakan, itu justru bukan kapasitasnya, sehingga ada resistensinya,
Ia menyarankan agar Bawaslu segera bertemu dengan Kementerian Agama, tidak hanya pemuka Ormas saja, untuk membicarakan rencana tersebut.
"Subtansi pesannya, itu perlu dikomunikasikan, walaupun urgensi pemilu damai, bermartabat itu perlu," tutupnya.
Kepala Satgas Nusantara Polri Irjen Gatot Eddy Pramono mengatakan, pihaknya akan mengerahkan seluruh jajaran Satgas untuk bekerjasama dengan Bawaslu untuk melakukan pendekatan lunak kepada masyarakat untuk meredam isu SARA di era pilkada.
"Kami sudah mulai kegiatan ini sejak pertengahan Januari kemarin. Kami harap kegiatan ini massif dan memberikan dapat memberi pencerahan kepada masyarakat mengenai dampak pilkada jika isu sara digunakan agar memperoleh kemenangan," tuturnya.
Selain itu, kepolisian juga sudah memetakan daerah-daerah dengan potensi kerawanan tinggi.
"Kami sudah
mapping daerah-daerah yang memiliki potensi kerawanan tinggi," kata Gatot, yang juga menjabat Staf Ahli Sosial Ekonomi Kapolri.
(arh/arh)