Jakarta, CNN Indonesia -- Oris (39), anak pertama dari salah satu korban tewas kecelakaan bus di tanjakan Emen, Subang, Jawa Barat, Juminten (60) terpukul atas kecelakaan yang merenggut nyawa ibunya itu.
Tak hanya kehilangan ibu, warga Pisangan, Kecamatan Ciputat Timur, Tangerang Selatan itu juga kehilangan salah satu bibinya yang bernama Paikem (64).
Oris masih ingat betul kenangan terakhirnya bersama sang ibu. Ia menuturkan, malam sebelum kejadian nahas itu terjadi, ia memiliki firasat bahwa harus mengunjungi kediaman ibunya yang berjarak sekitar satu kilometer dari rumahnya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selain Oris, Juminten sendiri memiliki empat anak yang lain yang semua sudah berkeluarga. Sejak ditinggal suaminya yang wafat meninggal tujuh tahun silam, Juminten tinggal sendirian, menempati rumah petak. Sehari-hari ia bekerja sebagai pengurus Koperasi Simpan Pinjam Permata.
Mata Oris mulai berkaca-kaca ketika menceritakan pada malam sebelum kejadian nahas itu, ia seperti diberikan pertanda agar sesegera mungkin mengunjungi ibunya. Ia merasa saat itu harus bertemua ibunya.
Sesampainya dirumah ibunya ia melihat Juminten sedang menyaksikan program dangdut kesukaannya yang diputar disalah satu stasiun televisi swasta sambil merebahkan badan.
Saat itu, Oris mengatakan ibunya tak bicara banyak kepadanya. Ibunya pun tak bercerita bahwa esok akan pergi berwisata ke Lembang.
 Korban tewas kecelakaan Tanjakan Emen, Subang dimakamkan masal di TPU Legoso, Ciputat Timur, Tangsel. (ANTARA FOTO/Muhammad Iqbal) |
"Kalau dia cerita mau pergi, pasti bakal saya larang, makanya dia enggak cerita apa-apa," kata Oris, Minggu (11/2) di Pisangan, Ciputat Timur.
Juminten hanya bertanya apakah Oris sudah makan malam atau belum sambil melihat ke arahnya. Selebihnya, Juminten lebih banyak menonton layar kaca hingga Oris pulang. Juminten memang penggemar acara dangdut yang tiap malam diputar di salah satu stasiun tv swasta.
Tak dinyana, bahwa malam itu akan menjadi malam dan tatapan terakhir dari ibunya kepada Oris.
"Itu pandangan dia ke saya terakhir kalinya saat masih hidup," kata Oris.
Karyawan swasta itu masih ingat betul saat pertama kali mengetahui kabar peristiwa kecelakaan itu. ia tahu kabar itu setelah salat Maghrib berjamaah di masjid dekat rumahnya.
Tiba-tiba salah seorang adiknya datang membawa kabar bahwa bus yang ditumpangi ibu dan bibinya saat berwisata ke daerah Lembang dan Ciater kecelakaan parah di Subang.
Sontak, Oris langsung berlari menuju rumah tetangga yang sanak saudaranya ikut dalam rombongan itu dan rumah RT setempat untuk mencari tahu kebenaran informasi tersebut. Ternyata informasi itu ternyata benar adanya. Ia bersama adik dan pamannya langsung bertolak ke Subang.
Saat tiba di Subang, ia langsung mengunjungi lokasi kecelakaan di Tanjakan Emen, Subang. Saat itu Ia hanya melihat bus yang ringsek. Pecahan kaca dan beberapa sampah bekas kecelakaan masih terlihat tersebar di sisi jalan.
Ia lantas menuju Rumah Sakit Umum Daerah Subang untuk mencari keberadaan Ibu dan Bibinya. Oris berharap agar ibu dan bibinya selamat dalam kecelakaan tersebut.
Namun di Instalasi Gawat Darurat (IGD) ia tak menemukan dua orang yang dicintaninya itu. Ia bertanya pada salah satu perawat.
"Maaf pak, kalau tidak ada dalam daftar IGD, bapak coba cek ke bagian petugas kamar mayat, karena kalau di IGD tempat yang selamat," kata Oris menirukan omongan salah satu suster tugas IGD itu.
Setibanya di kamar jenazah, harapan Oris pupus. Ia menemukan ibu dan bibi mereka dalam keadaan sudah terbujur kaku di kamar mayat dengan identitas nama yang sudah tertempel di atas kain putih yang menutupi.
"Saat ke kamar mayat, saya benar menemukan jasad ibu dan bibi sudah ada tanda pengenalnya di atas selimut putih," kata Oris kepada wartawan saat ditemui di TPU Legoso, Ciputat, Tangerang Selatan, Minggu (11/2).
Oris mengatakan bahwa hasil visum mengatakan bahwa kondisi jasad sang ibu penuh luka berat dibagian kepala, tangan dan kakinya.
Ia mengaku sudah ikhlas bahwa ibunya telah meninggalkan dirinya untuk selama-lamanya.
Ia hanya menitipkan pesan dan harapan kepada pemerintah dan perusahaan bus agar bisa mengatur ketat dan tak memberikan izin jalan bagi bus-bus pariwisata yang tak layak jalan.
Hal ini bertujuan agar kecelakaan bus seperti yang dialami oleh dirinya dan keluarga korban yang lainnya tak terulang kembali.
Sebanyak 26 dari 27 orang tewas karena kecelakaan bus di Tanjakan Emen, Subang adalah warga Kelurahan Pisangan, Kecamatan Ciputat Timur, Tangsel. Semua korban adalah karyawan Koperasi Simpan Pinjam Permata yang ada di Ciputat Timur.
"Itu 26 orang meninggal dan luka-luka semuanya dari Koperasi Permata, 1 orang lain pengendara motor," kata Staf Kelurahan Pisangan, Kayani kepada wartawan di Kantor Kelurahan Pisangan.
[Gambas:Video CNN] (sur)