Tokoh Lintas Agama Minta Polisi Usut Motif Penyerangan Gereja

Damar Sinuko | CNN Indonesia
Senin, 12 Feb 2018 08:54 WIB
Gerakan solidaritas lintas agama meminta kepolisian melacak motif penyerangan terhadap Gereja St. Lidwina, Sleman, Yogyakarta.
Ilustrasi aksi solidaritas. Tokoh lintas agama meminta kepolisian serius menyelidiki motif penyerangan di Gereja St. Lidwina, Sleman, DIY. (Foto: CNN Indonesia/Safir Makki)
Semarang, CNN Indonesia -- Tokoh lintas agama di Semarang menggelar renungan malam sebagai solidaritas terhadap insiden penyerangan terhadap Gereja St.Lidwina, Sleman, DIY, pada Minggu (11/2) pagi.

Aksi digelar di halaman Gereja St.Theresia Bongsari, pada Minggu (11/2) malam, ini diikuti oleh sekitar 50 orang dari sejumlah pemuda dan organisasi lintas agama yang tergabung dalam Persaudaraan Lintas Iman (Pelita).

"Kita di sini tidak hanya mengutuk, tapi meminta Polri mengusut tuntas tentang kasus tersebut. Kalau memang pelaku seorang diri, terus apa motifnya, dan ada apa dengan dia? Ini sudah merusak dan merampas hak-hak warga dalam beribadah", ujar Ketua Persaudaraan Lintas Iman (Pelita) Setyawan Budi, di lokasi renungan malam.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Aksi penyerangan di Gereja St. Lidwina melukai 5 orang. Salah satunya adalah Romo Prier, seorang Pastur Gereja tersebut.

Tokoh lintas Agama melakukan doa bersama dan penyalaan lilin sebagai simbol ketenangan dan tidak terprovokasi dalam menyikapi insiden Gereja Lidwina.

Terpisah, Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) menyerukan agar kekerasan terhadap tokoh dan pemuka agama apa pun motifnya dihentikan.

"Peristiwa-peristiwa kekerasan itu menyiratkan ada kebencian atas dasar sentimen keagamaan. Sesuatu yang harus dihentikan, dikutuk, dan dijauhi," kata Ketua PBNU Robikin Emhas, seperti dikutip dari Antara.

Dia mengatakan kekerasan terhadap tokoh dan pemuka agama, apalagi didasari kebencian atas dasar sentimen keagamaan, berpotensi melahirkan saling curiga dan merusak persatuan dan kesatuan bangsa. Ujungnya, gangguan keamanan serius.

"Dalam momentum tahun politik 2018 dan 2019, mari kita buktikan Indonesia mampu melakukan sirkulasi kekuasaan dengan cara-cara beradab," ujar dia.

(arh/gil)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER