PPP Bentuk Tim Investigasi Kekerasan Pemuka Agama

Joko Panji Sasongko | CNN Indonesia
Senin, 12 Feb 2018 23:10 WIB
Ketua Umum PPP Romahurmuziy tak yakin kekerasan terhadap pemuka agama murni dilakukan orang dengan masalah kejiwaan. PPP pun membentuk tim investigasi.
Ketua Umum PPP Romahurmuziy mengatakan partainya tengah membentuk tim investigasi kekerasan terhadap pemuka agama. (CNN Indonesia/Abi Sarwanto).
Jakarta, CNN Indonesia -- Partai Persatuan Pembangunan (PPP) membentuk tim investigasi untuk menyelidiki kekerasan terhadap pemuka agama di sejumlah daerah. Tim investigasi dibentuk untuk memastikan motif di balik kekerasan tersebut.

"Kami PPP tengah membentuk tim untuk melakukan investigasi asal muasal dan sebab atas kejadian ini," ujar Ketum PPP Muhammad Romahurmuziy dalam keterangan tertulis, Senin (12/2).

Romi, sapaan Romahurmuziy mengatakan dugaan sementara kekerasan terhadap sejumlah pemuka agama dilakukan secara sistematis. Romi tidak yakin kekerasan murni dilakukan orang dengan masalah kejiwaan sebagaimana keterangan sementara Kepolisian.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Ini bisa jadi bukan sekadar fenomena orang gila beneran, akan tetapi orang gila buatan," ujarnya.


Lebih lanjut, Romi juga menduga kekerasan terhadap pemuka agama untuk mengganggu stabilitas keamanan jelang pelaksanaan pilkada 2018 dan untuk kepentingan pilpres 2019.

Tidak stabilnya situasi keamanan, menurut Romi, masyarakat tengah digiring untuk membangun opini mencari pemimpin baru yang dapat mengatasi masalah tersebut.

"Masyarakat didorong dikondisikan untuk merasakan bahwa oh ternyata kita butuh pemimpin yang kuat. Kita butuh pemimpin dari yang memiliki latar belakang tertentu yang diharapkan bisa mengatasi semua kegaduhan dan instabilitas yang muncul," ujar Romi.


Di sisi lain, Romi merasa kekerasan terhadap pemuka agama saat ini sama dengan yang terjadi di zaman pemerintah presiden Suharto. Namun, ia berkata saat itu Suharto sengaja menyasar ulama sebagai korban agar masyarakat tetap meminta dirinya sebagai presiden.

"Seolah-olah ada distabilitas pada skala masif, bahkan yang menjadi korban adalah para ulama. Sehingga tetap dibutuhkan seorang pemimpin yang memiliki latar belakang kuat seperti Suharto," ujarnya.

Lebih dari itu, ia berharap Kepolisian dan Badan Intelijen Negara melakukan pengawasan melekat terhadap seluruh komponen bangsa agar kejadian serupa tidak terulang kembali.

Sebelumnya, kekerasan terhadap pemuka agama marak terjadi, bahkan menyebabkan korban jiwa.

Kekerasan pertama menimpa pimpinan Pesantren Alhidayah KH Umar Basri di Cicalengka, Kabupaten Bandung pada 27 Januari lalu. Akibat kekerasan yang diguga dilakukan oleh orang dengan gangguan jiwa itu, Basri mengalami luka serius di bagian wajah dan beberapa bagian tubuhnya.


Kemudian serangan terhadap pengurus Persis Ustaz Prawoto pada 1 Februari 2018. Serangan yang juga diduga dilakukan orang gangguang jiwa membuat Prawoto meregang nyawa.

Selain kekerasan, pada 7 Februari lalu seorang biksu dipersekusi di Kabupaten Tangerang oleh warga.

Terakhir, juga ada teror terhadap jemaah gereja Bedog, Jogja. Akibat teror itu, sejumlah jemaat termasuk pendeta mengalami luka serius akibat sabetan senjata tajam. Tak hanya itu, fasilitas gereja juga dirusak oleh pelaku. (ugo/pmg)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER