Cerita Penyadap Karet Mengadu Untung Jadi Pekerja Proyek LRT

TTK | CNN Indonesia
Kamis, 22 Feb 2018 09:11 WIB
Tergiur pendapatan lumayan, Imin rela meninggalkan keluarganya di Cilacap untuk jadi pekerja proyek di Jakarta. Menyadap karet tak mencukupi kebutuhan keluarga.
Faktor keselamatan kerja jadi sorotan pascainsiden ambruknya cetakan beton tiang tol Becakayu. (CNN Indonesia/Adhi Wicaksono)
Jakarta, CNN Indonesia -- Langkahnya masih terlihat bersemangat meski ia terlihat letih usai bekerja saharian di proyek pembangunan jalur kereta api ringan atau light rail transit (LRT).

Sambil berjalan menuju kontrakannya, Imin, bukan nama sebenarnya, melayani beberapa pertanyaan CNNIndonesia.com sambil memanggul karung berisi perkakas yang jadi alat kerjanya.

Usianya 45 tahun, asli Cilacap, Jawa Tengah. Sengaja ia merantau ke ibu kota untuk bekerja di proyek infrastruktur. Saat ini, Imin jadi satu dari puluhan atau mungkin ratusan orang yang bekerja membangun jalur LRT ruas Cawang-Pancoran.

Imin jadi pekerja proyek sejak awal LRT dimulai tahun 2013. Ia rela meninggalkan keluarga di kampung karena tergiur pendapatan yang lumayan dengan jadi pekerja proyek di Jakarta.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Dulu pekerjaan saya pencari getah karet, sekarang pekerja proyek buat tol dan tukang pasang listrik," kata Imin kepada Cnnindonesia.com kemarin.

Dalam sehari, Imin mengaku mendapat bayaran Rp150 ribu untuk bekerja satu shift. Ada tambahan jika harus lembur.

Jumlah itu cukup lumayan ketimbang ia tetap di kampung menjadi penyadap pohon karet meski diakui terkadang kebutuhan bulanan untuk keluarga kurang.
Cerita Imin, Penyadap Karet yang Jadi Pekerja Proyek LRTPekerja proyek LRT menyelesaikan pekerjaan. (CNN Indonesia/Adhi Wicaksono)

Ia mengatakan setiap hari ia bekerja sejak pukul 8 pagi hingga pukul 18.00 WIB. Ia mengaku bekerja secara shift dan kadang juga lembur.

"Saya beralih jadi tukang karena tertarik sama upah yang dibayar," katanya.

Imin mengaku, risiko menjadi tukang yang bekerja di ketinggian cukup besar. Bahaya mengintai jika bekerja tidak menaati standar pengamanan yang ditetapkan.

Namun ia mengaku tidak takut lantaran terdesak kebutuhan ekonomi. "Walaupun resiko bahayanya gede, tapi saya nggak takut soalnya buat kebutuhan anak dan istri di kampung," katanya.

Seberat apapun pekerjaan dibawa santai oleh Imin. Ia mengakui tekanan cukup tinggi lantaran proyek harus selesai sesuai dengan waktu yang ditetapkan. Belum lagi rasa takut mengingat banyaknya kecelakaan kerja di proyek infrastruktur dalam beberapa bulan terakhir.

"Kalo ditanya takut celaka atau enggak, ya takut pasti. Tapi sudah pasrah saja sama gusti Allah. Saya kerja biar nggak laper, namanya juga wong cilik," katanya.

Keselematan kerja di proyek infrastruktur tengah jadi soroton akhir-akhir ini pascainsiden ambruknya cetakan beton tiang jalur tol Bekasi-Cawang-Kampung Melayu di Jakarta Timur awal pekan ini.

Sebelum kejadian ini, ada tujuh kecelakaan proyek infrastruktur lain dalam lima bulan terakhir.

Pemerintah saat ini menghentikan sementara pengerjaan proyek infrastruktur layang atau elevated sambil menunggu hasil evaluasi dan kajian. (sur)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER