Jakarta, CNN Indonesia -- Dua anggota Polri yang dihadirkan dalam sidang lanjutan terdakwa dalang serangan bom Thamrin, Oman Rochman alias Aman Abdurrahman, Dodi Mariadi dan Suhadi menceritakan detik-detik dirinya ditembak oleh pelaku ledakan pada 14 Januari dua tahun lalu.
Dodi mengetahui ada ledakan di sekitar Sarinah melalui radio komunikasi yang ada di Polsek Menteng. Dodi saat itu langsung meluncur ke lokasi ledakan yang hanya berjarak sekitar dua kilometer.
"Saat sampai TKP saya mengamankan TKP. Karena di depan pos lantas itu sudah tergeletak, ada beberapa korban," kata Dodi saat bersaksi untuk Aman, di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, Selasa (27/2).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dodi tak mengenali para korban yang sudah tergeletak di sekitaran pos lalu lintas di tengah Jalan MH Thamrin itu. Menurut dia, salah satu atasannya langsung memerintahkan dirinya menuju ke gerai kopi Starbucks lantaran banyak korban juga yang tergeletak.
Saat Dodi hendak bergegas menghampiri korban yang tergeletak, terdengar suara tembakan dari seseorang yang mengenakan pakaian bebas. Dodi mengaku sudah berada di dalam mobil ketika suara tembakan meletus.
"Saya sudah di dalam mobil ada suara tembakan dan masyarakat berhamburan pergi," tuturnya.
Dodi melihat pria yang membawa pistol menghampiri mobilnya. Tak sampai jarak sekitar satu meter dari mobil, pria tersebut langsung menarik pelatuk pistol yang diarahkan ke dirinya.
Dodi mengaku sempat menutup kaca mobil sebelum peluru tersebut menerjang kaca sampai menembus perutnya. Dodi tak mengenali pelaku meski tak memakai penutup wajah. Dodi baru tahu lewat pemberitaan bahwa pelaku adalah Sunakim alias Afif.
"Alhamdulillah saya sempat tutup kaca meskipun belum penuh. Pelurunya masuk ke kaca dulu baru ke perut saya," ujarnya.
Sama halnya dengan Dodi, Suhadi pun kena tembak pelaku pasca-ledakan bom di sekitar Sarinah.
Suhadi baru selesai berpatroli saat berhenti di kawasan Sarinah, tepatnya di samping kantor Badan Pengawas Pemilu.
"Saya sedang patroli pak. Yang terjadi waktu itu selesai patroli sekitar pukul 10.00 WIB. Saya berhenti di Sarinah, di samping Bawaslu, ngobrol sama tukang ojek," kata dia yang duduk di sebelah kanan Dodi saat memberikan kesaksian.
Beberapa menit tiba di sekitar lokasi, Suhadi mendengar suara ledakan. Awalnya Suhadi tak berpikir bila ledakan tersebut berasal dari bom.
Suhadi berniat bergegas mengamankan lokasi, namun dilarang oleh tukang ojek lantaran khawatir ada ledakan susulan.
"Terus segera rekan saya yang lain, ada yang datang. Saya beranikan untuk keluar, tindakan saya pertama, saya sterilkan semua dulu," tuturnya.
Setelah anggota Polri berdatangan melakukan pengamanan, masyarakat mulai berkerumun di sekitar lokasi, terdengar suara ledakan secara bersamaan. Saat itu posisi Suhadi sedang berjalan menuju pos polisi yang menjadi pusat ledakan bom.
"Tiba-tiba, sebenarnya saya tidak tau pertama itu ditembak atau enggak. Masalahnya terdengar suara tembakan itu banyak sekali, saya tidak tahu arahnya dari mana," kata dia.
Suhadi mengaku melihat seseorang sedang menenteng pistol warna silver, dengan ciri-ciri mengenakan celana jins abu-abu, mengenakan topi, dan membawa tas. Suhadi menyebut pria yang membawa pistol itu terus berjalan sembari menembak.
Suara tembakan tersebut membuat masyarakat yang berkerumun panik dan lari berhamburan. Suhadi pun ikut mengamankan diri berjalan mengarah ke Jalan Sabang. Dia baru mengetahui dirinya tertembak dari seorang pengendara motor.
"Begitu saya bonceng orang, ada kendaraan motor di belakang saya (bilang), Pak itu darahnya banyak," tuturnya. Suhadi kemudian langsung diantar oleh pengendara motor ke sebuah rumah sakit.
(gil)