Jakarta, CNN Indonesia -- Survei Populi Center menyatakan Prabowo Subianto kalah telak secara
head to head dari Joko Widodo jika pemilihan presiden diselenggarakan saat ini. Populi mendasarkan kesimpulannya berdasarkan elektabilitas Jokowi yang mencapai 64,3 persen dan Prabowo sebesar 25,3 persen.
Elektabilitas dua tokoh itu berdasarkan hasil survei nasional terhadap 1.200 responden di 120 Kabupaten/Kota yang tersebar 34 provinsi pada 7-16 Februari 2018. Pengambilan data dilakukan dengan metode wawancara tatap muka terhadap 1.200 responden dengan margin of error sekitar 2,89 persen dan tingkat kepercayaan sebesar 95 persen.
"Apabila Pilpres diadakan lagi hari ini (Februari 2018) dan calonnya adalah Jokowi dan Prabowo untuk jadi presiden maka elektabilitas Jokowi 64,3 persen dan Prabowo 25,3 persen," ujar Peneliti Populi Center Hartanto Rosojati di Jakarta, Rabu (28/2).
Hartanto menerangkan kemenangan Jokowi dari Prabowo masih konsisten dengan hasil survei Populi sebelumnya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pada survei di bulan Agustus 2017, elektabilitas Jokowi jika
head to head dengan Prabowo sebesar 55,5 persen banding 32 persen. Selanjutnya pada bulan Oktober 2017 sebesar 56,7 persen banding 31,9 persen dan pada bulan Desember 2017 sebesar 62,9 persen untuk Jokowi berbanding 27,3 persen untuk Prabowo.
Hartanto mengatakan keunggulan Jokowi dari Prabowo sejalan dengan tingkat kepuasan masyararakat terhadap Jokowi saat menjadi presiden dalam kurun tiga tahun terakhir.
Berdasarkan data survei Populi Center, responden yang menyatakan sangat puas sebesar 6,3 persen. Responden yang menyatakan puas sebanyak 57,1 persen.
"Responden yang kurang puas 29,4 persen dan tidak puas sebesar 4,7 persen," ujar Hartanto.
Sebelumnya, survei terbaru Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA yang dirilis awal Januari menyatakan 41,20 persen atau hampir mayoritas responden memilih calon presiden selain Jokowi pada Pemilihan Presiden (Pilpres) 2019.
Data tersebut didapatkan lewat survei terhadap 1.200 responden pada 7-14 Januari 2018. Jokowi dalam survei tersebut hanya memiliki elektabilitas 48,50 persen meski berstatus petahana. Idealnya, menurut LSI Denny JA, petahana maju dengan elektabilitas lebih dari 50 persen.
"Sebagai petahana, itu suatu angka yang tidak terlalu ideal. Angka pemilih secara umum juga melirik capres lain," ujar Peneliti LSI Adjie Alfaraby.
(wis)