Jakarta, CNN Indonesia --
Butuh waktu bertahun-tahun bagi keluarga korban dan keluarga pelaku bom Bali untuk sembuh dari luka hati yang ditinggalkan usai peristiwa tersebut. Terlebih untuk anak-anak korban dan pelaku.
Mahendra, anak Amrozi, pelaku teror bom Bali, selama ini hidup di jalanan dengan cap anak teroris. Ia tidak menyukai polisi karena dianggap sebagai pembunuh ayahnya. Sementara Alif, anak korban bom Bali, berkebalikan dari Mahendra. Dia harus tumbuh tanpa sosok seorang ayah. Alif ingin menjadi polisi karena membenci teroris.
Keduanya memiliki paham yang bersebrangan, tapi kini mereka bisa berdamai dengan keadaan, berdamai dengan masa lalu, setelah saling bertemu.