Jakarta, CNN Indonesia -- Kabar penyerangan tokoh agama yang tersebar disebut polisi hanya hoaks. Penyebarannya diduga bermotif politik.
Kepala Satuan Tugas Nusantara Polri Inspektur Jenderal Gatot Eddy Pramono mengatakan penyebaran isu penyerangan ulama bertujuan untuk menghadirkan keresahan dan ketakutan, serta memecah belah masyarakat.
Menurutnya, tindakan ini dilakukan oleh kelompok Muslim Cyber Army (MCA) yang bekerja sama dengan eks sindikat penyebar ujaran kebencian dan hoaks Saracen serta sejumlah oknum di Jawa Timur, Jawa Barat, dan Banten.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Dari hasil pendalaman ini dilakukan dengan kelompok eks Saracen dan MCA, motifnya politik," kata Gatot saat memberikan keterangan pers di Ruang Rapat Utama Mabes Polri, Jakarta Selatan, Senin (5/3).
Dia menerangkan, hanya ada tiga dari 45 isu penyerangan ulama yang benar terjadi. Selebihnya, menurut Gatot, merupakan hoaks dan peristiwa yang dipelintir dengan menyebut korban merupakan ulama.
Menurutnya, tiga peristiwa penyerangan ulama yang benar terjadi itu adalah penyerangan Umar Basri di Cicalengka l, Jawa Barat; Prawoto di Bandung, Jawa Barat; dan Hakam Mubarok di Lamongan Jawa Timur.
Namun demikian, lanjutnya, polisi belum menemukan keterkaitan antara tiga peristiwa penyerangan ulama itu. Dia pun mengaku belum menemukan oknum yang sengaja mendesain peristiwa ini terjadi.
"Kami belum menemukan koneksi antara satu peristiwa dengan peristiwa lain," kata Staf Ahli Kapolri bidang Sosial Ekonomi itu.
Wakil Ketua Satgas Nusantara Polri Brigadir Jenderal Fadil Imran menambahkan, polri masih mendalami aktor utama di balik penyebaran isu hoaks seputar penyerangan ulama.
"Kami akan terus bekerja agar hoaks, berita bohong dan fitnah yang mengganggu kondusifitas kemananan bisa kami hilangkan," kata Fadil.
Sebelumnya, Ketua Umum Partai Persatuan Pembangunan (PPP) Muhammad Romahurmuziy menduga ada orang kuat yang mendesain penyerangan terhadap ulama dan tokoh agama yang marak terjadi beberapa waktu terakhir.
Menurut Romi, sapaan karibnya, dugaan itu muncul berdasarkan hasil penelusuran tim pencari fakta yang dibentuk pihaknya ketika berkomunikasi dengan orang-orang di sekitar lokasi kejadian.
"Menunjukan bahwa ada dugaan bekas-bekas orang kuat di republik ini yang melakukan itu secara sistematis," kata Romi di Kantor Redaksi
CNNIndonesia.com, Kamis (22/2).
(sur)