Jakarta, CNN Indonesia -- Empat pasangan calon kepala daerah di Pilgub Jawa Barat 2018 sejauh ini belum benar-benar menjawab pembenahan Sungai Citarum yang mendapat predikat sebagai salah satu sungai terkotor di dunia.
Koalisi Rakyat Untuk Hak Atas Air (KRuHA) menyebut pasca debat publik perdana Pilgub Jabar yang dilangsungkan pada 12 Maret lalu, belum ada pembahasan sedikit pun terkait normalisasi Sungai Citarum dari salah satu pasangan calon.
Padahal menurut Staf Riset KRuHA Sigit Karyadi Budiono pada pilgub sebelumnya telah muncul wacana Sungai Citarum bebas minum 2018.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"(Belum ada pembahasan) meskipun sampai sekarang yang kita lihat Sungai Citarum bergelimang plastik di 2018 ini," kata Sigit di kawasan Gambir, Jakarta Pusat, Rabu (14/3).
Sulitnya pembenahan Sungai Citarum, kata Sigit, karena ada dugaan praktik kotor antara pengusaha dan pemerintah daerah. Bahkan, kata dia, muncul istilah guyonan terkait sungai ini yang menggambarkan betapa besar 'permainan' timbal balik antara pengusaha dan pemda.
Guyonan itu, yakni Sungai Citarum selalu kotor, karena selalu ada duit dan proyek 'mengalir' di sana. Maksudnya, perusahaan-perusahaan yang membuang limbah ke Sungai Citarum dibiarkan oleh pihak berwenang karena diduga ada kongkalikong.
"Istilah becandanya gini, kenapa tetap kotor, karena ada duitnya di situ. Jadi ini selama sungai kotor, proyek jalan. Itu becandanya, saya memang tidak bisa bilang proyek apa dan pengusaha apa, tapi ada," kata Sigit.
Meski begitu Sigit tak lantas menyepelekan program pemda yang sedang menggalakan proyek normalisasi Sungai Citarum. Dia berharap proyek tersebut tak hanya dilakukan di bagian hilir saja, tetapi harus menyentuh hingga ke hulu.
"Jangan parsial, jangan hilir saja, harus ke hulu juga. Di hilir dibersihkan tapi di atas dibiarkan, pabrik-pabrik tetap buang limbah, ya sia-sia," kata dia.
Hal paling penting, kata Sigit, harus ada tindakan tegas terhadap perusahaan-perusahaan yang membuang limbah ke Sungai Citarum. Sebab, diduga selama ini banyak perusahaan tak ditindak meski diketahui kerap membuang limbahnya ke sungai.
"Ya meskipun kaya rahasia umum, kita semua tahu ada perusahaan yang buang limbah ke sana, tapi dibiarkan. Inilah yang harus ditindak. Sungai tidak hanya dinormalisasi tapi ada aturan tegasnya juga," kata dia.
(osc/gil)