Jakarta, CNN Indonesia -- Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) bergerak cepat mengamanahkan Undang-undang Nomor 2 tahun 2018 tentang MPR, DPR, DPD dan DPRD (MD3) yang memberi jatah baru pimpinan dewan. Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri secara resmi menunjuk Utut Adianto mengisi jabatan Wakil Ketua DPR yang baru.
Ini jadi capaian tertinggi bagi Utut selama bergelut di dunia perpolitikan. Jauh sebelum terjun ke dunia politik, Utut lebih dikenal sebagai salah satu olaharagawan terbaik yang dimiliki Indonesia dengan predikat 'Super Grand Master' di bidang olahraga catur.
Utut menorehkan prestasi dan mengharumkan nama Indonesia di kancah internasional. Utut memiliki predikat sebagai pecatur Indonesia termuda yang menyandang predikat Grand Master pada usia 21 tahun.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pada puncak kariernya di tahun 1995, Utut menjuarai Zona Asia Pasifik di Genting Highland, Malaysia dan menyandang predikat 'Super Grand Master' dan masuk dalam kelompok elit 60 pecatur top dunia.
Utut baru masuk ke dunia politik secara terbuka pada tahun 2009 lalu dengan bergabung ke PDIP. Ketika itu ia melenggang mulus ke Senayan dari daerah pemilihan Jawa Tengah VII yang meliputi Kebumen, Banjarnegara, dan Purbalingga.
Pengamat Politik dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Wasisto Raharjo Jati mengatakan bahwa latar belakang Utut sebagai Grand Master catur dapat menjadi keuntungan tersendiri saat memimpin DPR. Sebab praktik politik di DPR tak berbeda jauh dengan permainan catur.
Persamannya, kata Wasisto, keduanya sama-sama suatu arena permainan yang identik dengan mengatur strategi dan keterampilan analisis untuk mengalahkan lawan-lawan demi tujuan kemenangan.
"Karena punya keterampilan itu, saya yakin Utut bisa menganalisis secara strategis dan membuka kemungkinan peluang dalam satu atau dua langkah berikutnya," kata dia.
Selain itu, kata Wasisto, keterampilan Utut sebagai pecatur seharusnya dapat mengimplementasikan teori permainan dalam politik. Konsep itu merupakan suatu siasat/strategi dari seorang pemain, sebagai reaksi atas aksi yang mungkin dilakukan oleh pemain yang menjadi saingannya.
Hal itu dibutuhkan Utut dalam menghadapi perpolitikan di Indonesia yang penuh resiko atau bahkan ketidakpastian ke depannya.
"Utut bisa melihat peluang dan risiko langkah politiknya secara lebih jernih dan penuh kalkulasi matang tentang baik buruknya akan didapat," ujar dia.
Wasisto mencontohkan, Utut seharusnya dapat menganalisis dan memperhitungkan 'pion' atau rival politik mana yang sangat kuat atau lemah dalam kancah perpolitikan di DPR. Hal itu berguna untuk menganalisis langkah-langkah politik yang akan diambil selanjutnya agar tujuan dan kepentingannya terwujud.
"Utut harus bisa menganalisis "pion" atau secara simbolis untuk menerka dan memperhitungkan kuat lemahnya rival politik," kata dia.
Dari keterampilannya itu, kata Wasisto, Utut bisa menggunakan kemampuannya berstrategi untuk memperkuat soliditas diri dan fraksi di DPR agar tak gentar menghadapi lawan percaturan politik yang destruktif.
"Keterampilannya itu bisa menganalisis peluang politis seperti halnya memperkuat soliditas diri dan fraksi di dewan agar lobi-lobi politis lancar," pungkasnya.
(osc/gil)