Jakarta, CNN Indonesia -- Pidato politik Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto dinilai tidak rasional dan tak memiliki dasar sumber ilmiah yang sahih karena bersumber pada novel fiksi.
Menurut Peneliti Lembaga Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Wasisto Raharjo Jati pidato itu cuma ungkapan sinis yang tak memberi pembelajaran bagi masyarakat.
"Ini hanya sekedar asumsi yang tidak didasarkan pada fakta, tidak konstruktif, emosional, dan konspiratif, serta tidak mengajak pola pikir masyarakat rasional," ucap Wasisto saat dihubungi, Kamis (22/3).
Buktinya, Prabowo dan para kader Partai Gerindra tak mampu menunjukkan sumber penelitian ilmiah yang menjadi rujukan pidatonya. Jika memang benar, Wasisto menyebut Prabowo setidaknya mencantumkan lembaga dan waktu penelitian itu saat pidatonya. Misalnya, hasil penelitian lembaga pemikir (
think tank) tertentu.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Diragukan validitas datanya dan akuntabilitasnya," imbuh dia.
Menurutnya, penelitian ilmiah seharusnya memiliki indikator-indikator ukuran yang ketat yang jadi dasar kesimpulan, misalnya, penyebab Indonesia bubar pada 2030. Nyatanya, hal itu tidak terungkap sejauh ini.
"Hanya mencari sensasi, dan hanya ingin meraih perhatian serta simpati," cetus Wasisto.
Terpisah, Ketua Umum PROJO Budi Arie Setiadi meminta Prabowo dan Gerindra memaparkan sumber rujukan 'penelitian' yang dimaksudnya. Sebab, pada saat yang sama lembaga-lembaga keuangan dunia justru memprediksi Indonesia akan menjadi kekuatan ekonomi global.
"Para tokoh dan pemimpin nasional harusnya menerbitkan gairah dan optimisme. Jangan novel fiksi "Ghost Fleet" dijadikan referensi untuk pidato politik. Mengelola negara dan bangsa jangan berdasarkan fiksi. Kalau pun hobi bermimpi, mimpilah yang membawa kemajuan bagi bangsa dan rakyat ini," cetusnya.
Sementara, jajaran pengurus Partai Gerindra membantah tudingan bahwa pidato Prabowo didasarkan atas novel. Namun, tidak ada rujukan ilmiah yang diungkapkan.
"Itu kan bukan pikiran dia, cuma dia menyampaikan itu untuk memberi
early warning agar berhati-hati," kata Ketua DPP Partai Gerindra Muhammad Syafii, di kompleks parlemen, Jakarta, Kamis (22/3).
Wakil Ketua Umum Partai Gerindra Edhy Prabowo menambahkan bahwa pidato mantan Komandan Jenderal Kopassus itu mengutip ahli sejarah yang membicarakan kondisi Indonesia dari segi kepadatan penduduk.
"Beliau baca sejarah. Beliau tahu baca buku. Jadi tidak mungkin beliau menulis itu tanpa hanya karena fiksi itu," tepisnya.
Menurut Edhy, Prabowo hendak menyampaikan realita dan fakta yang perlu disikapi bersama.
"Jadi itu semangat dan kekhawatiran itu jadi kekhawatiran kita semua, bukan pesimistisme," ujarnya.
[Gambas:Facebook]Dalam video yang diunggah melalui akun Facbook Partai Gerindra, 19 Maret 2018, Prabowo menyatakan bahwa Indonesia akan bubar pada 2030 akibat ketimpangan pembagian kekayaan dan tanah. Ia mengaku mendasarkan itu dari kajian negara lain.
Sebelumnya, dalam kanal Gerindera TV di YouTube yang diunggah pada 19 September 2017, Prabowo menyebut pula soal bubarnya Indonesia pada 2030 sembari menenteng buku 'Ghost Fleet' karya Peter Warren Singer dan August Cole.
"Yang menarik dari sini bagi kita hanya satu. Mereka ramalkan tahun 2030, Republik Indonesia sudah tidak ada lagi," ujarnya, di depan mahasiswa-mahasiwa Universitas Indonesia.
Pada video itu, tampak tulisan acara Bedah Buku bertajuk "Nasionalisme Sosialisme Pragmatisme: Pemikiran Ekonomi Politik Sumitro Djojohadikusumo", Senin, 18 September 2017, Auditorium FIB UI Depok, pada backdrop panggung.
[Gambas:Youtube] (ugo)