Jakarta, CNN Indonesia -- Sekretaris Jenderal PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto mengadakan pertemuan tertutup dengan Ketua Umum Partai Persatuan Pembangunan (PPP) Romahurmuziy atau Romi di kantor DPP PPP, Jakarta, Senin (26/3).
Menurut penuturan Romi, salah satu agenda pertemuan adalah membahas cawapres yang akan mendampingi Joko Widodo di Pilpres 2019.
Diketahui, sebelumnya Hasto juga telah mengadakan pertemuan dengan Ketua Umum Golkar Airlangga Hartarto untuk membahas cawapres Jokowi di kantor DPP Golkar, Jakarta, pekan lalu.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Agenda ke depan adalah soal cawapres yang akan juga menjadi pembahasan yang akan diputuskan bersama antara Pak Jokowi dengan partai-partai pengusung," ucap Romi di kantor DPP PPP, Jakarta, Senin (26/3).
Menurut Romi, pertemuan dirinya dengan Hasto merupakan bagian penting dalam proses konsolidasi, terutama dalam rangka meningkatkan soliditas partai-partai politik pengusung Jokowi untuk menghadapi Pilpres 2019.
"Sehingga sore ini kami menyamakan persepsi dengan seluruh partai politik yang memang sudah secara resmi mendukung Pak Jokowi," kata Romi.
Romi pun mengatakan bahwa PDIP sudah sepatutnya menginisiasi pertemuan dengan partai-partai pengusung. Alasannya, karena PDIP merupakan pemimpin koalisi dari pendukung Jokowi.
"Minggu lalu PDIP sudah bersilaturahmi dengan Partai Golkar. Sore ini dengan PPP," katanya.
Romi mengklaim partainya belum menentukan tokoh yang patut untuk dijadikan cawapres Jokowi. Menurut Romi, hal-hal yang berkaitan dengan cawapres masih harus dibicarakan secara intensif oleh Jokowi dan juga seluruh partai politik pengusung.
Akan tetapi, Romi menyambut baik apabila dirinya yang diusulkan oleh PDIP menjadi cawapres Jokowi.
"Kami sebagai partai tetangga akan dengan senang hati menerima apa yang sudah dipituskan PDIP," katanya.
Lebih lanjut, Romi mengatakan, partai koalisi akan membentuk tim khusus untuk menjaring nama-nama yang bakal menjadi cawapres mendampingi Presiden Joko Widodo pada Pilpres 2019. Tim khusus tersebut akan diisi oleh perwakilan partai-partai politik pengusung Jokowi.
"Tim bersama yang akan dibentuk," ucap Romi.
Tim tersebut, kata Romi, akan menggodok nama-nama untuk dijadikan cawapres Jokowi secara intensif usai Pilkada serentak dilaksanakan.
Romi lalu mengatakan bahwa Agenda tim khusus memang membahas nama-nama cawapres Jokowi secara lebih intensif. Namun, dia menjamin kepentingan masyarakat tidak akan terabaikan.
Tim tersebut juga tidak akan mengganggu kerja-kerja Jokowi sebagai presiden. Begitu pula tidak mengganggu peran partai politik di bidang yang lain.
"Yang paling penting agenda ini tidak mengganggu rakyat dengan agenda politik dan ekonomi, luar negeri yang terimbas kepada bangsa Indonesia," ucap Romi.
 PDIP dan PPP lakukan pertemuan tertutup bahas cawapres. (ANTARA FOTO/Galih Pradipta) |
Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto mengamini pihaknya bakal membicarakan nama-nama cawapres Jokowi secara lebih mengerucut usai pilkada seperti yang disampaikan Romi.
Meski begitu, dia mengklaim sejauh ini pihaknya belum membuat daftar nama yang akan dibahas lebih lanjut untuk dijadikan cawapres Jokowi.
Dia menampik kabar bahwa Menteri Keuangan Sri Mulyani dan Mantan Ketua Mahkamah Konstitusi Mahfud MD telah masuk dalam daftar nama yang tengah didiskusikan di internal PDIP.
"Kalau nama-nama kami belum menyebutkan. Kami akan melihat siapa yang mampu, siapa yang punya kepemimpinan. Kalau ada yang nyebut nama-nama itu pendapat individu, individu, individu," lanjut Hasto.
Apabila nama-nama telah terkumpul, lanjut Hasto, PDIP juga akan melakukan dialog terlebih dahulu untuk menentukan siapa yang paling patut. Dialog akan dilakukan secara intensif. Baik bersama seluruh partai politik pengusung Jokowi, mau pun dengan Jokowi itu sendiri selaku tokoh yang membutuhkan pendamping.
"Nama-nama yang beredar akan melalui proses dialogis," kata Hasto.
Golkar Pasrahkan Cawapres ke JokowiSecara terpisah, Ketua DPP Golkar Tubagus Ace Hasan Syadzily menyatakan Golkar tetap mendukung Joko Widodo jika kadernya tidak dipilih sebagai calon wakil presiden dalam Pilpres tahun 2019. Menurutnya, konsistensi dukungan itu terkait dengan kesamaan visi antara Golkar dan Jokowi.
"Kita masih tetap mendukung. Karena dukungan kami kepada Jokowi karena dukungan visi yang sama tentang kebangsaan," ujar Ace dalam pesan singkat, Senin (26/3).
 Sebelum bertemu PPP, PDIP bertemu Golkar bahas cawapres. (ANTARA FOTO/Aprillio Akbar) |
Ace menerangkan jabatan cawapres Jokowi tidak bisa didasarkan hanya pada posisi Golkar sebagai partai besar. Ia berkata elektabilitas sang cawapres justru merupakan hal yang paling diperlukan oleh Jokowi dalam memenangkan Pilpres ke depan.
Oleh karena itu, ia menegaskan Golkar menyerahkan sepenuhnya kepada Jokowi dalam menentukan siapa sosok yang layak mendampinginya.
Golkar, kata dia juga saat ini tengah fokus memenangkan Pilkada dan Pileg agar semakin siap mendukung Jokowi di Pilpres tahun 2019.
Lebih lanjut, Ace menyampaikan Golkar belum resmi menetapkan Ketum Golkar Airlangga Hartarto sebagai cawapres bagi Jokowi.
Ia menilai wacana Airlangga sebagai cawapres Jokowi yang disuarakan dalam Rakernas Golkar hanya sebatas aspirasi kader yang nantinya akan dibahas lebih lanjut.
"Itu belum menjadi sebuah keputusan partai. Karena itu, aspirasi-aspirasi itu kami hargai. Pada saatnya pasti Golkar akan membicarakan cawapres seperti yang diminta para kader," ujarnya.
Di sisi lain, Ace juga menegaskan Golkar tidak percaya diri berlebihan dalam menilai kedekatan antara Jokowi dengan Airlangga saat berolahraga di Istana Negara beberapa waktu lalu.
Bahkan saat disinggung soal Jokowi mengenakan baju berwarna kuning, Ace menilai bukan merupakan sinyal Airlangga akan menjadi cawapres. Ia justru mempersilakan publik menilai maksud Jokowi menggunakan kaos kuning saat bertemu Airlangga.
"Jika dinilai Pak Presiden waktu itu menggunakan kaos kuning, orang membaca hal itu sebagai suatu sinyal, saya kira Golkar tidak merasa kegeeran terkait cawapres tersebut," ujar Ace.
(dal/sur)