Jakarta, CNN Indonesia -- Asisten bidang Sumber Daya Manusia (As SDM) Kapolri Inspektur Jenderal Arief Sulistiyanto mengatakan aksi penganiayaan yang dilakukan senior terhadap junior di Satuan Bhayangkara (Sabhara) Polda Gorontalo diawali dengan undangan ke rumah.
"Ceritanya bintara senior lulusan tahun 2016 [dengan] bintara junior yang baru lulus kemarin, itu diundang ke rumah temannya. Kebetulan ada senior di situ, lalu digebukin dan enggak tahu yang (rekam) video siapa kemudian viral," tutur Arief, saat ditemui di Perguruan Tinggi Ilmu Kepolisian (PTIK), Jakarta Selatan, Kamis (29/3).
Hal itu dikatakannya terkait video penganiayaan senior terhadap junior berdurasi 1 menit 13 detik viral di media sosial.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Arief mengatakan terduga pelaku adalah tiga orang anggota Direktorat Sabhara Polda Gorontalo, yakni Brigadir Dua (Bripda) ST, Bripda AL, dan Bripda WD.
Sementara, korban yang merupakan junior berjumlah empat orang. Mereka adalah Bripda IY, Bripda HM, Bripda MAM, dan Bripda FZ.
Menurut Arief, insiden berawal saat Bripda HM menghubungi Bripda IY untuk menyampaikan undangan ke rumah Bripda ST, pada Sabtu (24/3) pukul 19.00 WIB.
[Gambas:Facebook]Setelah tiba di rumah Bripda ST, pukul 21.00 WIB, empat junior itu, yakni Bripda HM, Bripda IY, dan dua rekannya, Bripda MAM dan Bripda FZ, langsung masuk ke sebuah kamar.
Tiga orang senior itu langsung melakukan aksi penganiayaan berupa menampar dan menendang keempat juniornya tersebut.
Insiden ini pun terkuak setelah Bripda IY membuat laporan polisi terkait dugaan tindak penganiayaan yang ia alami, Minggu (25/3).
Arief mengatakan kasus dugaan penganiayaan senior terhadap junior sudah masuk tahap penyidikan. Tiga orang terduga pelaku telah ditahan di Polda Gorontalo.
"Sudah ditangani dan ada laporan polisi, ditangani dan langsung dilakukan penyidikan," ungkap dia.
Menurutnya, kepolisian akan memberikan sanksi tegas agar aksi penganiayaan yang dilakukan senior terhadap junior tidak menjadi tradisi di tubuh Polri.
Namun demikian, jenderal bintang dua itu mengaku belum mengetahui secara pasti motif masalah yang menyebabkan aksi penganiayaan itu dilakukan.
(arh)