Jakarta, CNN Indonesia -- Alih-alih ikut program One Kecamatan One Center of Enterpreneurship (OK OCE) dan menjadi pengusaha, bekas karyawan
Hotel dan Griya Pijat Alexis ingin dicarikan pekerjaan baru sebagai karyawan. Alasannya, mereka tak ada modal dan keterampilan berbisnis.
Nurmansyah (43), bekas supervisor Xis Karaoke 4Play, mengaku enggan ikut program OK OCE karena dianggap tak bisa mengakomodasi keterampilan kerja dan kesejahteraan bekas karyawan Alexis.
"Enggak mau [ikut] OK OCE, itu
bullshit. Kalau ikut itu kan sama aja kita disuruh bisnis, sedangkan bisnis itu butuh keterampilan dan modal, tapi kita di sini enggak punya hal itu," katanya saat ditemui wartawan di Hotel Alexis, Jakarta, Kamis (29/3).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Nurmansyah melanjutkan, pada prinsipnya dirinya tak keberatan dengan penutupan Hotel Alexis oleh Pemprov DKI. Yang dipermasalahkannya adalah nasib para pekerja yang kehilangan mata pencaharian.
Karyawan yang sudah 10 tahun bekerja di Alexis ini berharap Pemprov DKI menyediakan dan memformulasikam jaminan pekerjaan bagi para karyawan yang terkena PHK atas kebijakannya itu. Hingga kini, dirinya bersama sekitar 500 karyawan eks Alexis lainnya belum memiliki kejelasan soal pekerjaan.
 Petugas Satpol PP memasang spanduk pengumuman penutupan Hotel Alexis, Kamis (29/3). ( Foto: CNN Indonesia/Ramadhan Rizki Saputra) |
"Kami mohon pada Gubernur yang satu ini, yang punya kata-kata bijak, yang punya kebijakan, perhatikanlah rakyat kecil dan para karyawan-karyawan kecil seperti kami, diperhatikan dan dicarikan lapangan kerja," ujarnya.
Sebelumnya, Wakil Gubernur DKI Jakarta Sandiaga Uno menyatakan bakal menyalurkan para pegawai Hotel Alexis ke program unggulan One Kecamatan One Centre of Entrepreneurship (OK OCE).
"Kami akan koordinasi dalam program OK OCE. Nanti pegawai yang beraktivitas di restoran Alexis akan kami salurkan ke restoran OK OCE yang masih butuh banyak pelayan," ujarnya, usai apel konsolidasi di Polda Metro Jaya, Jakarta, Selasa (31/10/2017).
Sudah Dapat THRJelang penutupan itu, Nurmansyah menyebut bahwa seluruh karyawan Alexis telah dikumpulkan oleh atasannya masing-masing, Senin (26/3) pukul 09.00 pagi.
Pihak manajemen Alexis sebelumnya mengirimkan pesan singkat kepada seluruh karyawan soal agenda itu, Senin (26/3) dini hari.
Saat itu, atasannya, sambil meneteskan air mata, mengumumkan bahwa seluruh karyawan yang berada di divisinya akan mengalami PHK secara massal mulai Rabu (28/3).
"Saat itu pimpinan kita sampai menangis
mikirin nasib kami, bagaimana nasib anak-anak kami karena akan tutup dari Rabu," kata Nurmansyah.
Penjelasan ini didukung oleh secarik surat keputusan dari Gubernur DKI Jakarta sebagai dasar pertimbangannya.
"Ternyata benar. Hari Selasa itu operasional terakhir. Setelah itu pas Rabu operasional tutup, hotel tutup, karyawan tak perlu dipekerjakan lagi," ujarnya.
Menurutnya, pihak manajemen langsung menyalurkan uang pesangon dan tunjangan lainnya, pada Selasa (27/3) sore. Meski demikian, ia enggan untuk menjelaskan jumlahnya.
"Di hari itu juga dari perusahaan kami dapat hak kami, kompensasi pesangon, gaji terakhir, bahkan uang THR kami sudah diberikan."
Sebelumnya, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan mengatakan seharusnya para pekerja Alexis harus siap dengan konsekuensi bekerja di lokasi tersebut.
"Yang bekerja di sana tahu persis terjadi pelanggaran terkait prostitusi tahu, tapi diam saja," kata dia, Kamis (29/3).
Anies berharap hal ini menjadi pelajaran bagi para pekerja yang hendak mencari penghasilan di Jakarta.
"Kalau bekerja di tempat yang di situ ada pelanggaran, tinggal tunggu waktu akan muncul tindakan. Bagi lainnya ingat kasus ini jangan diulang, hentikan," kata Anies.
(arh)